SENYUMAN TERAKHIR UNTUK RAHMI
Pagi
yang cerah ditambah dengan kicauan burung menjadikan pagi itu tampak berbeda
dari hari sebelumnya. Libur semester kini telah usai, para pelajar pun telah
siap bergulat dengan berbagai masalah di sekolahan. Siswa-siswi pun sangat
antusias menyambut hari yang dinantikan itu.
Bel
berbunyi, pertanda gerbang sekolah akan segera ditutup. Siswa-siswi pun
berlarian menuju ruangan tempat mereka menimba ilmu. Di koridor sekolah, terlihat
seorang gadis dengan langkah yang begitu cepat dan masih merapikan dasi yang tergantung
dilehernya. Dia bernama Rahmi. Wajahnya begitu ceria saat itu, mungkin karena
dia sudah tidak sabar menyambut kelas baru dan teman barunya. Setiba di kelas,
raut wajahnya tiba-tiba berubah bak langit cerah dihantam mendung. Wajar saja,
kelas yang dia impikan bak surga firdaus hanyalah sebuah mimpi. Ternyata kelas itu begitu gelap, beralaskan
debu, dengan hiasan dinding bewarna ungu. ”Wah, sepertinya penghuni kelas ini
seorang alayers. Hahhaaa!!” ucap Rahmi dalam hati. Selain itu, siswa-siswinya
pun kurang menarik. Ada si Surni yang begitu centil, Inar yang manja dan masih
banyak yang lainnya. Tetapi ada satu orang yang berbeda diantara mereka.
Namanya Fitri, dia sangat pendiam bahkan didepan temannya dia selalu menunduk.
Dan itu adalah sebuah pertanda buruk karena pasti dia akan dijadikan bahan
olokan di kelas. Setelah lama Rahmi meratapi kemalangannya, dia segera menuju
kursi yang dilihatnya kosong. Semua siswa-siswi telah mendapatkan tempatnya
masing-masing kecuali Fitri. Yahhh, tidak ada yang ingin berbagi tempat dengan
wanita aneh itu. Dengan sedikit terpaksa Rahmi memberikan kesempatan wanita
aneh itu untuk berada didekatnya.
Hari-hari
sekolah pun berlalu, si Rahmi dan si Fitri tidak menggambarkan adanya kedekatan
bagaikan seorang teman. Wajar saja, di kelas tidak ada seorang pun yang ingin
berteman dengan Fitri. Seperti yang telah dikatakan, Fitri kini menjadi mainan
untuk anak-anak manja. Kerap kali, dia didandani seperti orang gila, di hina
bahkan disakiti dengan fisik. Rahmi juga sebenarnya merasa sangat sedih dengan
perlakuan temannya yang tidak adil. Setiap hari, mata Fitri selalu sembab dikarenakan
air mata yang selalu berjatuhan dari kelopak matanya yang mengurangi keindahan
matanya. Dia tidak memiliki keberanian untuk mengadu pada BK karena Fitri
selalu di ancam oleh teman-temannya.
Sebulan,
dua bulan, dan 3 bulan telah berlalu. Fitri masih bertahan dikelas itu karena
dia telah berjanji kepada kedua orangtuanya untuk membahagiakannya. Dan lama
kelamaan terlihat kedekatan diantara Rahmi dan Fitri. Kini hari-hari Fitri
tidaklah sesuram dengan yang lalu karena setidaknya dia telah memiliki seorang
teman yang sangat dia sayangi.
Sampai
pada suatu ketika, hari yang sangat panjang bagi Rahmi. Semua siswa-siswi
bergegas untuk pulang tetapi tidak untuk kelas xi ipa 3. Ternyata mereka masih
ada kelas tambahan. Fitri yang sedang menikmati bekal yang dibuatkan oleh sang
ibu tercinta, tiba-tiba dikagetkan oleh sekumpulan geng LBY. Yahh,, geng inilah
yang selama ini menjadikan Fitri seakan berada di neraka. Bekal yang isinya
nasi putih dan dua potong tahu goreng itu ditumpahkan kelantai dengan sia-sia.
Tampak kemarahan yang memuncak di wajah Fitri. Dan selang beberapa menit
kemarahan itu tertumpah menjadi air mata. Tanpa berkata-kata, Fitri langsung
memunguti bongkahan rezeki yang berada didepan ibu jarinya. Dengan sedikat
terisak-isak, dia berusaha menahan rasa sakit yang sudah tidak bisa terbendung
lagi. Tiba-tiba, muncul Rahmi dengan raut wajah yang tampak marah. Dia pun
segera membantu temannya untuk berdiri.
”Apa yang
kamu lakukan?” kata Rahmi.
“Aku
harus menghargai apa yang diberikan Tuhan, setiap butir beras ini adalah sebuah
berkah.” balas Fitri dengan terisak-isak.
Tiba-tiba,
Surni memotong pembicaraan “Sebutir nasi dari anak seorang pembunuh...
hahhhaa!! Fitri kamu tidak pantas berada di kelas ini, kamu pantasnya berada di
rumah. Apakah kamu tidak malu menjadi anak pembunuh?” kata Surni dengan nada
yang sedikit tinggi.
Rahmi
yang baru tahu akan hal itu sangat terkejut. Selama ini, dia sudah sangat akrab
dengan Fitri tetapi sayang dia belum mengetahui banyak tentang temannya itu.
Rahmi begitu sangat marah. Seakan-akan dia ingin membunuh siapa saja yang ada
di depannya.
“Mengapa
kamu tidak pernah mengatakan itu kepada saya Fitri? Mengapa?” ucap Rahmi dengan
raut wajah yang sangat kecewa.
“Dia
hanya ingin memanfaatkanmu selama ini Rahmi, karena dia tidak memiliki seorang
teman.” Kata Surni dengan tawanya yang begitu senang melihat Fitri yang hanya
bisa diam.
Sedangkan
Fitri hanya tertunduk dengan linangan air mata. Rahmi yang sangat kecewa pergi
meninggalkan ruangan itu. Disusul dengan Fitri yang ingin menjelaskan semuanya.
Ada 2 ekspresi yang ditampakkan Rahmi saat itu yaitu takut dan kecewa. Takut
karena berteman dengan anak pembunuh dan kecewa karena telah dibohongi.
Di depan
gerbang sekolah, langkah Rahmi terhenti begitupu dengan langkah Fitri.
“Maafkan
aku teman, aku tidak bermaksud membohongimu.” Fitri yang berusaha menjelaskan
kesalahpahaman.
“Jangan
pernah kau memanggilku dengan sebutan teman, karena aku bukanlah temanmu. Aku
tidak akan mau berteman dengan seorang pembohong. Kau selama ini yang selalu
berkata kepadaku bahwa tidak boleh ada kebohongan diantara kita. Tetapi apa
yang kamu lakukan? Dan satu hal lagi,,, aku tidak ingin memiliki teman dengan
ayahnya adalah pembunuh.” ucap Rahmi dengan nada keras.
“Yah.,,
kamu benar aku mengingkari janji kita. Tetapi itu semua karena aku tidak ingin
kehilangan teman sepertimu. Aku sayang sama kamu. Kamu adalah sahabat yang
dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hariku.” Balas Fitri dengan terisak-isak.
“Diam
Fitri. Aku tidak ingin berteman denganmu. Kamu adalah anak seorang pembunuh.
Dan jangan dekat-dekat dengannku.” ucap Rahmi dengan penuh kesal.
Fitri
hanya bisa menangis dan menangis. “Yah,, dia adalah seorang pembunuh. Dia orang
tua yang menafkahiku. Walaupun dia adalah pembunuh tetapi aku tetap
menyayanginya. Aku tidak pernah malu memiliki ayah sepertinya. Aku tidak
seberuntung yang lainnya memiliki keluarga dengan ekonomi atas. Aku anak biasa
yang setiap harinya hanya bisa meminta kepada-Nya. Lalu apakah salah ketika aku
ingin memiliki seorang teman?” kata Fitri.
Rahmi
yang masih marah itu, langsung meninggalkan Fitri. Tadinya dia ingin
menyeberang ke kios yang berada di depan sekolahnya. Tetapi sebuah truk besar
dengan kecepatan 120 km/jam melintas. Dengan sigap, Fitri hendak menolong
temannya itu. Tetapi Tuhan merencanakan yang lain. Ternyata Fitrilah yang
tertabrak sedangkan Rahmi terlempar ketepi jalan. Darah tersimbah sangat deras
di kepala Fitri. Rahmi dengan cepat mencari siapa yang telah menyelamatkan
nyawanya. Dan dia pun melihat sesosok perempuan dengan senyum diwajah
tergeletak tak berdaya. Darah dimana-mana. Rahmi sempat pusing tetapi dia
berusaha menahan itu demi seorang sahabatnya.
Air
dari kelopak mata rahmi terjatuh seperti sebuah hujan deras. Dia hanya bisa
menopang kepala sahabatnya itu yang berlumuran darah. Dia tidak mampu menahan
air matanya. Tangan mungil tiba-tiba mengusap air mata itu.
“Mengapa
kau menyelamatkanku. Seharusnya aku yang berbaring disini bukan kau. Aku telah
mengata-ngataimu. Bahkan aku tidak menganggapmu sebagai temanku.” kata Rahmi
dengan nada terisak-isak.
“Itu
karena kau adalah sahabatku dan selamanya akan menjadi sahabtku. Dan kamu tidak
perlu menangisiku teman, aku tidak ingin melihat ini. Inilah alasan mengapa aku
tidak ingin mengatakan semuanya. Air mata ini cukup aku yang memilikinya.
Kecantiakanmu akan luntur sahabatku. Tetaplah tersenyum. Kau satu-satunya
sahabatku dan aku ingin melihat senyum itu untuk yang terakhir kalinya.” Kata Fitri
dengan suara yang sedikit parau.
Tangisan
rahmi semakin deras setelah mendengarkan kata-kata itu. “Kalau begitu kau tidak
boleh meninggalkanku. Apakah kau tidak ingat ketika di pekarangan sekolah? Kau
berjanji akan selalu menemaniku. Kau akan selalu ada untukku. Kau adalah
sahabatku. Kau harus tetap hidup. Bersamaku kita habiskan hari-hari sekolah
dengan ide-ide aneh kita.” Ucap Rahmi yang sangat terpukul.
“Ingat
teman, senyuman itu harus tetap ada. Aku tidak akan pergi jauh. Aku akan selalu
ada didekatmu menemanimu dan menjagamu. Satu pesanku : kumohon tetaplah
tersenyum meskipun aku telah tiada. Sahabatku!!.” ucap Fitri dibarengi hembusan
nafas yang begitu panjang. Yahh,,itu adalah nafas terakhir si Fitri. Teriakan Rahmi
pun semakin menjadi-jadi melihat temannya tak bernyawa lagi. Selain itu, banyak
penyesalan dalam hati Rahmi. Dia menyesal telah menyia-nyiakan sahabatnya.
Semua
orangpun berlarian melihat kejadian itu. Seminggu telah berlalu. Terlihat Rahmi
masih terpukul dengan kejadian tersebut yang telah memisahkannya dengan
sahabatnya yang sangat berharga. Rahmi yang melamun di kursinya, tiba-tiba
dikejutkan oleh sesosok perempuan yang tidak asing yaitu Fitri sahabatnya.
Sosok itu berusaha tersenyum kepada rahmi. Dan tanpa disadari air mata Rahmi
berjatuhan seiring menghilangnya sosok itu. Dia teringat akan pesan sahabatnya
untuk selalu tersenyum. Dan sejak saat itu, Rahmi terlihat lebih baik. Harinya
selalu dihiasi dengan senyuman. Dan dia telah berjanji kepada dirinya sendiri
untuk tidak akan menyia-nyiakan orang yang menyayanginya.
THE END
No comments:
Post a Comment