Monday, March 9, 2015

CERPEN PERSAHABATAN



SENYUMAN TERAKHIR UNTUK RAHMI
Pagi yang cerah ditambah dengan kicauan burung menjadikan pagi itu tampak berbeda dari hari sebelumnya. Libur semester kini telah usai, para pelajar pun telah siap bergulat dengan berbagai masalah di sekolahan. Siswa-siswi pun sangat antusias menyambut hari yang dinantikan itu.
Bel berbunyi, pertanda gerbang sekolah akan segera ditutup. Siswa-siswi pun berlarian menuju ruangan tempat mereka menimba ilmu. Di koridor sekolah, terlihat seorang gadis dengan langkah yang begitu cepat dan masih merapikan dasi yang tergantung dilehernya. Dia bernama Rahmi. Wajahnya begitu ceria saat itu, mungkin karena dia sudah tidak sabar menyambut kelas baru dan teman barunya. Setiba di kelas, raut wajahnya tiba-tiba berubah bak langit cerah dihantam mendung. Wajar saja, kelas yang dia impikan bak surga firdaus hanyalah sebuah mimpi.  Ternyata kelas itu begitu gelap, beralaskan debu, dengan hiasan dinding bewarna ungu. ”Wah, sepertinya penghuni kelas ini seorang alayers. Hahhaaa!!” ucap Rahmi dalam hati. Selain itu, siswa-siswinya pun kurang menarik. Ada si Surni yang begitu centil, Inar yang manja dan masih banyak yang lainnya. Tetapi ada satu orang yang berbeda diantara mereka. Namanya Fitri, dia sangat pendiam bahkan didepan temannya dia selalu menunduk. Dan itu adalah sebuah pertanda buruk karena pasti dia akan dijadikan bahan olokan di kelas. Setelah lama Rahmi meratapi kemalangannya, dia segera menuju kursi yang dilihatnya kosong. Semua siswa-siswi telah mendapatkan tempatnya masing-masing kecuali Fitri. Yahhh, tidak ada yang ingin berbagi tempat dengan wanita aneh itu. Dengan sedikit terpaksa Rahmi memberikan kesempatan wanita aneh itu untuk berada didekatnya.
Hari-hari sekolah pun berlalu, si Rahmi dan si Fitri tidak menggambarkan adanya kedekatan bagaikan seorang teman. Wajar saja, di kelas tidak ada seorang pun yang ingin berteman dengan Fitri. Seperti yang telah dikatakan, Fitri kini menjadi mainan untuk anak-anak manja. Kerap kali, dia didandani seperti orang gila, di hina bahkan disakiti dengan fisik. Rahmi juga sebenarnya merasa sangat sedih dengan perlakuan temannya yang tidak adil. Setiap hari, mata Fitri selalu sembab dikarenakan air mata yang selalu berjatuhan dari kelopak matanya yang mengurangi keindahan matanya. Dia tidak memiliki keberanian untuk mengadu pada BK karena Fitri selalu di ancam oleh teman-temannya.
Sebulan, dua bulan, dan 3 bulan telah berlalu. Fitri masih bertahan dikelas itu karena dia telah berjanji kepada kedua orangtuanya untuk membahagiakannya. Dan lama kelamaan terlihat kedekatan diantara Rahmi dan Fitri. Kini hari-hari Fitri tidaklah sesuram dengan yang lalu karena setidaknya dia telah memiliki seorang teman yang sangat dia sayangi.
Sampai pada suatu ketika, hari yang sangat panjang bagi Rahmi. Semua siswa-siswi bergegas untuk pulang tetapi tidak untuk kelas xi ipa 3. Ternyata mereka masih ada kelas tambahan. Fitri yang sedang menikmati bekal yang dibuatkan oleh sang ibu tercinta, tiba-tiba dikagetkan oleh sekumpulan geng LBY. Yahh,, geng inilah yang selama ini menjadikan Fitri seakan berada di neraka. Bekal yang isinya nasi putih dan dua potong tahu goreng itu ditumpahkan kelantai dengan sia-sia. Tampak kemarahan yang memuncak di wajah Fitri. Dan selang beberapa menit kemarahan itu tertumpah menjadi air mata. Tanpa berkata-kata, Fitri langsung memunguti bongkahan rezeki yang berada didepan ibu jarinya. Dengan sedikat terisak-isak, dia berusaha menahan rasa sakit yang sudah tidak bisa terbendung lagi. Tiba-tiba, muncul Rahmi dengan raut wajah yang tampak marah. Dia pun segera membantu temannya untuk berdiri.
”Apa yang kamu lakukan?” kata Rahmi.
“Aku harus menghargai apa yang diberikan Tuhan, setiap butir beras ini adalah sebuah berkah.” balas Fitri dengan terisak-isak.
Tiba-tiba, Surni memotong pembicaraan “Sebutir nasi dari anak seorang pembunuh... hahhhaa!! Fitri kamu tidak pantas berada di kelas ini, kamu pantasnya berada di rumah. Apakah kamu tidak malu menjadi anak pembunuh?” kata Surni dengan nada yang sedikit tinggi.
Rahmi yang baru tahu akan hal itu sangat terkejut. Selama ini, dia sudah sangat akrab dengan Fitri tetapi sayang dia belum mengetahui banyak tentang temannya itu. Rahmi begitu sangat marah. Seakan-akan dia ingin membunuh siapa saja yang ada di depannya.
“Mengapa kamu tidak pernah mengatakan itu kepada saya Fitri? Mengapa?” ucap Rahmi dengan raut wajah yang sangat kecewa.
“Dia hanya ingin memanfaatkanmu selama ini Rahmi, karena dia tidak memiliki seorang teman.” Kata Surni dengan tawanya yang begitu senang melihat Fitri yang hanya bisa diam.
Sedangkan Fitri hanya tertunduk dengan linangan air mata. Rahmi yang sangat kecewa pergi meninggalkan ruangan itu. Disusul dengan Fitri yang ingin menjelaskan semuanya. Ada 2 ekspresi yang ditampakkan Rahmi saat itu yaitu takut dan kecewa. Takut karena berteman dengan anak pembunuh dan kecewa karena telah dibohongi.
Di depan gerbang sekolah, langkah Rahmi terhenti begitupu dengan langkah Fitri.
“Maafkan aku teman, aku tidak bermaksud membohongimu.” Fitri yang berusaha menjelaskan kesalahpahaman.
“Jangan pernah kau memanggilku dengan sebutan teman, karena aku bukanlah temanmu. Aku tidak akan mau berteman dengan seorang pembohong. Kau selama ini yang selalu berkata kepadaku bahwa tidak boleh ada kebohongan diantara kita. Tetapi apa yang kamu lakukan? Dan satu hal lagi,,, aku tidak ingin memiliki teman dengan ayahnya adalah pembunuh.” ucap Rahmi dengan nada keras.
“Yah.,, kamu benar aku mengingkari janji kita. Tetapi itu semua karena aku tidak ingin kehilangan teman sepertimu. Aku sayang sama kamu. Kamu adalah sahabat yang dikirimkan Tuhan untuk menemani hari-hariku.” Balas Fitri dengan terisak-isak.
“Diam Fitri. Aku tidak ingin berteman denganmu. Kamu adalah anak seorang pembunuh. Dan jangan dekat-dekat dengannku.” ucap Rahmi dengan penuh kesal.
Fitri hanya bisa menangis dan menangis. “Yah,, dia adalah seorang pembunuh. Dia orang tua yang menafkahiku. Walaupun dia adalah pembunuh tetapi aku tetap menyayanginya. Aku tidak pernah malu memiliki ayah sepertinya. Aku tidak seberuntung yang lainnya memiliki keluarga dengan ekonomi atas. Aku anak biasa yang setiap harinya hanya bisa meminta kepada-Nya. Lalu apakah salah ketika aku ingin memiliki seorang teman?” kata Fitri.
Rahmi yang masih marah itu, langsung meninggalkan Fitri. Tadinya dia ingin menyeberang ke kios yang berada di depan sekolahnya. Tetapi sebuah truk besar dengan kecepatan 120 km/jam melintas. Dengan sigap, Fitri hendak menolong temannya itu. Tetapi Tuhan merencanakan yang lain. Ternyata Fitrilah yang tertabrak sedangkan Rahmi terlempar ketepi jalan. Darah tersimbah sangat deras di kepala Fitri. Rahmi dengan cepat mencari siapa yang telah menyelamatkan nyawanya. Dan dia pun melihat sesosok perempuan dengan senyum diwajah tergeletak tak berdaya. Darah dimana-mana. Rahmi sempat pusing tetapi dia berusaha menahan itu demi seorang sahabatnya.
Air dari kelopak mata rahmi terjatuh seperti sebuah hujan deras. Dia hanya bisa menopang kepala sahabatnya itu yang berlumuran darah. Dia tidak mampu menahan air matanya. Tangan mungil tiba-tiba mengusap air mata itu.
“Mengapa kau menyelamatkanku. Seharusnya aku yang berbaring disini bukan kau. Aku telah mengata-ngataimu. Bahkan aku tidak menganggapmu sebagai temanku.” kata Rahmi dengan nada terisak-isak.
“Itu karena kau adalah sahabatku dan selamanya akan menjadi sahabtku. Dan kamu tidak perlu menangisiku teman, aku tidak ingin melihat ini. Inilah alasan mengapa aku tidak ingin mengatakan semuanya. Air mata ini cukup aku yang memilikinya. Kecantiakanmu akan luntur sahabatku. Tetaplah tersenyum. Kau satu-satunya sahabatku dan aku ingin melihat senyum itu untuk yang terakhir kalinya.” Kata Fitri dengan suara yang sedikit parau.
Tangisan rahmi semakin deras setelah mendengarkan kata-kata itu. “Kalau begitu kau tidak boleh meninggalkanku. Apakah kau tidak ingat ketika di pekarangan sekolah? Kau berjanji akan selalu menemaniku. Kau akan selalu ada untukku. Kau adalah sahabatku. Kau harus tetap hidup. Bersamaku kita habiskan hari-hari sekolah dengan ide-ide aneh kita.” Ucap Rahmi yang sangat terpukul.
“Ingat teman, senyuman itu harus tetap ada. Aku tidak akan pergi jauh. Aku akan selalu ada didekatmu menemanimu dan menjagamu. Satu pesanku : kumohon tetaplah tersenyum meskipun aku telah tiada. Sahabatku!!.” ucap Fitri dibarengi hembusan nafas yang begitu panjang. Yahh,,itu adalah nafas terakhir si Fitri. Teriakan Rahmi pun semakin menjadi-jadi melihat temannya tak bernyawa lagi. Selain itu, banyak penyesalan dalam hati Rahmi. Dia menyesal telah menyia-nyiakan sahabatnya.
Semua orangpun berlarian melihat kejadian itu. Seminggu telah berlalu. Terlihat Rahmi masih terpukul dengan kejadian tersebut yang telah memisahkannya dengan sahabatnya yang sangat berharga. Rahmi yang melamun di kursinya, tiba-tiba dikejutkan oleh sesosok perempuan yang tidak asing yaitu Fitri sahabatnya. Sosok itu berusaha tersenyum kepada rahmi. Dan tanpa disadari air mata Rahmi berjatuhan seiring menghilangnya sosok itu. Dia teringat akan pesan sahabatnya untuk selalu tersenyum. Dan sejak saat itu, Rahmi terlihat lebih baik. Harinya selalu dihiasi dengan senyuman. Dan dia telah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak akan menyia-nyiakan orang yang menyayanginya.
THE END

No comments:

Post a Comment