KUTATA RAPI HANYA UNTUKMU
Tintong...
tintong... tintong. Terdengar bunyi bel rumah yang bewarna coklat cerah itu.
Tampak seorang lelaki berperawakan tinggi, putih mirip Aliando Syarief. Saat
itu, jam masih menunjukkan pukul 05.00. Dari balik pintu yang bercat coklat tua
itu, keluar seorang wanita dengan yang kurang lebih tingginya sebahu dari sang
cowok. Dia begitu manis ditambah dengan senyuman diwajahnya. Wanita itu hampir
mirip dengan Prilly Latuconsina. Dari pakaian yang mereka gunakan, terlihat
jelas bahwa subuh itu mereka akan jogging. Mereka adalah Suci dan Afiq. Suci
dengan cepat menutup pintunya dan bergegas untuk berangkat jogging.
Udara pagi
itu memang sangat segar, sehingga tak hanya mereka yang ingin menikmati oksigen
yang langka itu. Ada banyak yang juga jogging seperti mereka. Setelah jam
menunjukkan pukul 06.00, Afiq dan Suci pun kembali kerumah mereka. Afiq mengantar
Suci terlebih dahulu karena dia ingin memastikan sahabatnya tiba di rumah
dengan selamat. Yahh, Afiq dan Suci telah lama berteman. Sejak mereka bertemu di
taman bunga. Saat itu umur Afiq 7 tahun dan Suci 6 tahun. Sejak pertemuan
itulah mereka sering bermain bersama sampai sekarang. Orang tua mereka pun
begitu akrab karena Ayah Suci dan Ayah Afiq juga dulunya sahabat karib dan itu
sampai sekarang.
Setiba di
rumah masing-masing, mereka pun bergegas untuk mandi lalu siap-siap untuk
kuliah pertama mereka dan sarapan. Setelah semuanya selesai, Suci pun
berpamitan kepada kedua orang tuanya. Di depan rumah Suci tampak sebuah mobil Avansa
bewarna hitam. Ternyata itu adalah Afiq yang sedari tadi menantikan sahabatnya.
Dengan cepat Suci masuk kedalam mobil. Selama perjalanan mereka terlibat
pembicaraan yang tidak begitu penting, yahh sebagai selingan kebosanan juga
sihh. Afiq yang menikmati perjalanan menuju kampus mereka, tiba-tiba merasakan
sesuatu yang aneh. Dadanya terasa sesak, nafas memburu begitu cepat. Suara dag
dig dug itu kini semakin cepat. Baru pertama kali dia merasakan hal itu. Dag
dig dug itu semakin cepat diiringi dengan senyuman manis dari Suci. Suci yang
sedari tadi bingung memecahkan keheningan. Dia angkat bicara.
“Ada apa denganmu Fiq? Apa
kau baik-baik saja?” tanya Suci yang kebingungan.
“Ahh.. tii.. tidakk. Aku
baik-baik saja.” Jawab Afiq.
“Tetapi mengapa kau tampak
gugup?” tanya Suci lagi.
“Itu.. itu karena aku
sedikit gugup untuh kuliah pertama ini.” Jawab Afiq yang berusaha menghindar
dari pertanyaan Suci.
Suci yang merasa sudah
puas dengan jawaban Afiq pun langsung menghentikan pembicaraan.
Setiba di
kampus mereka berpisah. Karena mereka beda jurusan. Suci dengan cepat dia telah
akrab dengan teman sekelasnya. Itu karena memang dia orangnya mudah bergaul
dengan siapa saja. Sedangkan Afiq hanya tampak akrab dengan beberapa orang
saja. Afiq memang sedikit cuek.
Kini langit sudah sedikit
gelap. Yahh sudah sore hari. Afiq dan Suci pun bergegas untuk kembali kerumah
masing-masing. Seperti biasa, Afiq selalu setia mengantar temannya itu. Di perjalanan
tampaknya Suci sangat senang. Itu terlihat jelas dari wajah Suci yang
berseri-seri. Afiq yang penasaran pun membuka pembicaraan.
“Hey suci.. ada apa
denganmu? Kamu tak seperti biasanya.” tanya Afiq heran.
“Aku?? Ini adalah hari
yang sangat indah. Dia sangat tampan, dia menjabat tanganku dan menatapku
seperti dia menatap gadis yang dicintainya.” Jawab Suci sambil senyam-senyum.
“Maksudmu? Mengapa kau
tiba-tiba sok puitis begini?” tanya Afiq yang semakin heran dengan tingkah
temannya itu.
“Yahh,, namanya kak wandi.
Dia sangat baik.” Jawab Suci yang mencoba menjawab pertanyaan Afiq.
Walaupun
masih heran, tetapi Afiq mencoba menghentikan pembicaraan karena dia tahu
ketika dia banyak bicara maka sahabatnya ini akan semakin menjadi-jadi juga.
Setiba
dirumah, suci pun keluar dari mobil dan bergegas untuk masuk kerumahnya yang
diiringi dengan mobil Afiq yang berlaju sedikit cepat meninggalkan Suci.
Sebulan
telah berlalu. Kehidupan kampus masih sama dengan sebelumnya. Yang berbeda
hanyalah Suci yang tampak sangat ceria tiap harinya. Di taman kampus, Suci
menghampiri sahabatnya Afiq. Dan Afiq menyambut Suci dengan senyuman pula seakan-akan
dia baru bertemu dengan Suci padahal setiap harinya mereka selalu bersama-sama.
Suci dengan senang menceritakan beberapa hal ke Afiq. Dan ada satu hal yang
dikatakan Suci yang membuat Afiq sadar bahwa ternyata selama ini perasaan gugup
itu adalah sebuah cinta. Dia tersadar seketika setelah Suci mengatakan bahwa
hari itu dia resmi jadian dengan kak Wandi. Sungguh, hati Afiq sangat terpukul.
Dia seperti terbang tinggi tapi tiba-tiba terjatuh hanya karena berita itu.
Afiq hanya berusaha tersenyum menyembunyikan kecemburuannya demi membahagiakan
sahabatnya.
5 tahun
telah berlalu setelah kejadian itu. Dan Afiq masih tetap menyembunyikan
perasaannya. Dia hanya bisa menata rapi ruang hatinya untuk Suci. Mereka berdua
telah memiliki keluarga masing-masing. Suci menikah dengan kak Wandi. Sedangkan
Afiq dijodohkan oleh orang tuanya. Afiq memiliki seorang anak perempuan dan
diberi nama Suci Apriliani. Meskipun mereka telah berkeluarga tetapi mereka
selalu bertemu karena bagi suci persahabatan itu adalah seumur hidup. Tetapi sayang,
Afiq dilanda musibah. Istrinya meninggal setelah divonis oleh dokter bahwa dia
kanker rahim. Kini Afiq hanya bisa menghabiskan hari-harinya dengan bidadari
kecilnya “Suci Apriliani”. Suci yang mendengar kabar itu, selalu menyempatkan
waktu untuk menghibur sahabatnya.
Tepat tanggal
28 oktobrer, tanggal dimana Afiq pertama kali bertemu dengan Suci. Itu adalah
hari yang sangat dinantikan oleh Afiq karena biasanya mereka merayakan hari
itu. Afiq menitipkan anaknya ke Ibunya dan dia segera berangkat menuju rumah Suci.
Tampak rumah Suci begitu sepi. Afiq yang penasaran langsung menanyakan
keberadaan si tuan rumah kepada tetangga Suci. Kata tetangga itu, Suci sudah
lama tidak terlihat di rumah itu, dia hanya sering melihat suami Suci yang
selalu pulang pergi. Dan setelah beberapa lama mencari tahu, dia pun
mendapatkan jawabannya. Ternyata Suci sudah lama terbaring di RS. Dengan cepat
Afiq mengendarai mobilnya menuju RS. Setiba di RS, dia melihat Wandi yang
tampak sedih diluar pintu sebuah ruangan ICU. Afiq pun segera menghampiri Wandi
dan menanyakan apa yang terjadi. Wandi menjelaskan semuanya. Suci mengidap
kanker hati stadium 4. Tentu, Afiq sangat terpukul mendengar hal itu. Dan
ditambah dengan penjelasan dokter bahwa tidak ada yang cocok untuk menggantikan
hati Suci dan diperkirakan Suci hanya bisa bertahan 3 hari lagi. Tanpa pikir
panjang, Afiq menemui dokter. Dia bermaksud untuk mendonorkan hatinya kepada
wanita yang sangat dicintainya itu. Selama ini, dia tidak pernah melihat sahabatnya
merasakan sakit. Dan dia tidak ingin sahabat yang dicintainya itu menderita.
Setelah dicek, ternyata hati Afiq cocok dengan hati Suci. Awalnya Wandi
melarang Afiq untuk menyerahkan hidupnya kepada istrinya. Tetapi sayang, Wandi
tidak dapat menghentikan pengorbanan Afiq yang tulus karena cinta. Operasi
berlangsung kurang lebih 3 jam. Dan operasinya berjalan sukses. Kini Suci telah
memiliki hati yang baru. Hati yang tulus dari sahabatnya. Sedangkan Afiq hanya
bisa bertahan 1 jam setelah operasi. Sebelum dia meninggal, dia sempat memberikan
sepucuk surat kepada Wandi untuk disampaikan kepada Suci.
Setelah Suci
siuman, Wandi pun mengecup kening istrinya dengan sangat bahagia. Suci yang
penasaran dengan pendonor hati itu mencoba menanyakan kesuaminya dengan wajah
yang penuh tanya. Wandi yang tidak sanggup menahan sedihnya hanya bisa memberikan
Suci sepucuk surat. Sepucuk surat dari Afiq. Dengan sekuat tenaga, Suci
berusaha membuka surat itu dan membaca kata perkatanya.
“Dear Suci, sahabatku dan
cinta sejatiku.
Apa kabar sahabat kecilku?
Kamu ingat tanggal ini tanggal berapa? Yahh tanggal 28 oktober, hari dimana
kita bertemu di taman bunga untuk pertama kalinya. Aku sudah lama
menyembunyikan perasaanku kepadamu. Sejak saat itu, ketika kau curhat kepadaku
bahwa kau telah jadian dengan Wandi aku merasa sangat sedih. Aku tersadar bahwa
saat itu aku sangat mencintaimu. Aku sangat sakit mendengarnya tapi aku juga
ingin melihatmu bahagia. Kurelakan kau hidup dengan orang yang kau sayangi.
Hingga setelah kita memiliki keluarga masing-masing aku masih tetap menata rapi
hatiku untuk diisi oleh bayangmu. Yahh, aku hanya bisa mengisi hatiku dengan
bayangmu karena kusadar bahwa aku tidak akan bisa memilikimu. Kuberi nama
anakku “Suci Apriliani” untuk menggantikan kehadiranmu. Setidaknya aku memiliki
Suci kecil yang selalu membuatku tersenyum. Yah,, hati itu kini berada didalam
dirimu. Aku ingin kau menjaganya seperti aku yang selalu menjaga hati itu. Aku
bahagia telah memberikan hatiku kepadamu karena hati itu memang telah kutata
untuk kuberikan padamu. Satu hal lagi kumohon jagalah Suci kecilku. Kumohon
jaga dia seperti kau menjaga dirimu sendiri.
Suci sahabatku, setelah
kau membaca surat ini maka aku telah jauh. Aku telah berada disuatu tempat. Aku
membawa hatimu dan aku akan hidup dengan cintamu ditempatku. Jangan tangisi
kepergianku karena aku tidak pernah ingin melihatmu menangis. Terimakasih telah
bersedia menjadi sahabatku.
Afiq “
Suci yang
terpukul dengan surat itu hanya bisa menangis dan menangis. Ingin rasanya dia
berteriak. Tetapi suaminya berusaha menenangkannya. Hari itu, Suci baru
tersadar bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Afiq. Kini dia rindu
dengan wajah sahabatnya. Dia menyesal tidak pernah mendengar cerita-cerita
sahabatnya. Selama ini dia hanya sibuk berbagi cerita tanpa ingin mendengar
cerita Afiq sendiri. Dia menyesal selama ini tidak pernah menatap dalam inci
per inci wajah sahabatnya. Kini dia rindu akan sosok yang selama 20 tahun telah
menemani hari sedih dan bahagianya. Cukup lama dia menyesal hingga membuat air matanya
telah mengering. Bagaimana tidak seminggu telah berlalu setelah kematian afiq
dan dia masih sedih.
Setahun telah
berlalu, Suci hidup bahagia dengan hati Afiq dalam dirinya dan ditemani
suaminya yang selalu setia. Dan juga ditemani bidadari kecil “Suci Apriliani”.
Ditambah kehadiran sang jagoan kecil. Anak pertamanya dengan Wandi yang dia
beri nama “Afiq”. Mereka tampak bahagia di taman bunga itu. Bercanda gurau dan
bermain. Kebahagiaanya kini telah lengkap dengan keluarga kecilnya.
THE END.
No comments:
Post a Comment