Monday, March 9, 2015

CERITA CINTA YANG MENGHARUKAN



KUTATA RAPI HANYA UNTUKMU
Tintong... tintong... tintong. Terdengar bunyi bel rumah yang bewarna coklat cerah itu. Tampak seorang lelaki berperawakan tinggi, putih mirip Aliando Syarief. Saat itu, jam masih menunjukkan pukul 05.00. Dari balik pintu yang bercat coklat tua itu, keluar seorang wanita dengan yang kurang lebih tingginya sebahu dari sang cowok. Dia begitu manis ditambah dengan senyuman diwajahnya. Wanita itu hampir mirip dengan Prilly Latuconsina. Dari pakaian yang mereka gunakan, terlihat jelas bahwa subuh itu mereka akan jogging. Mereka adalah Suci dan Afiq. Suci dengan cepat menutup pintunya dan bergegas untuk berangkat jogging.
Udara pagi itu memang sangat segar, sehingga tak hanya mereka yang ingin menikmati oksigen yang langka itu. Ada banyak yang juga jogging seperti mereka. Setelah jam menunjukkan pukul 06.00, Afiq dan Suci pun kembali kerumah mereka. Afiq mengantar Suci terlebih dahulu karena dia ingin memastikan sahabatnya tiba di rumah dengan selamat. Yahh, Afiq dan Suci telah lama berteman. Sejak mereka bertemu di taman bunga. Saat itu umur Afiq 7 tahun dan Suci 6 tahun. Sejak pertemuan itulah mereka sering bermain bersama sampai sekarang. Orang tua mereka pun begitu akrab karena Ayah Suci dan Ayah Afiq juga dulunya sahabat karib dan itu sampai sekarang.
Setiba di rumah masing-masing, mereka pun bergegas untuk mandi lalu siap-siap untuk kuliah pertama mereka dan sarapan. Setelah semuanya selesai, Suci pun berpamitan kepada kedua orang tuanya. Di depan rumah Suci tampak sebuah mobil Avansa bewarna hitam. Ternyata itu adalah Afiq yang sedari tadi menantikan sahabatnya. Dengan cepat Suci masuk kedalam mobil. Selama perjalanan mereka terlibat pembicaraan yang tidak begitu penting, yahh sebagai selingan kebosanan juga sihh. Afiq yang menikmati perjalanan menuju kampus mereka, tiba-tiba merasakan sesuatu yang aneh. Dadanya terasa sesak, nafas memburu begitu cepat. Suara dag dig dug itu kini semakin cepat. Baru pertama kali dia merasakan hal itu. Dag dig dug itu semakin cepat diiringi dengan senyuman manis dari Suci. Suci yang sedari tadi bingung memecahkan keheningan. Dia angkat bicara.
“Ada apa denganmu Fiq? Apa kau baik-baik saja?” tanya Suci yang kebingungan.
“Ahh.. tii.. tidakk. Aku baik-baik saja.” Jawab Afiq.
“Tetapi mengapa kau tampak gugup?” tanya Suci lagi.
“Itu.. itu karena aku sedikit gugup untuh kuliah pertama ini.” Jawab Afiq yang berusaha menghindar dari pertanyaan Suci.
Suci yang merasa sudah puas dengan jawaban Afiq pun langsung menghentikan pembicaraan.
Setiba di kampus mereka berpisah. Karena mereka beda jurusan. Suci dengan cepat dia telah akrab dengan teman sekelasnya. Itu karena memang dia orangnya mudah bergaul dengan siapa saja. Sedangkan Afiq hanya tampak akrab dengan beberapa orang saja. Afiq memang sedikit cuek.
Kini langit sudah sedikit gelap. Yahh sudah sore hari. Afiq dan Suci pun bergegas untuk kembali kerumah masing-masing. Seperti biasa, Afiq selalu setia mengantar temannya itu. Di perjalanan tampaknya Suci sangat senang. Itu terlihat jelas dari wajah Suci yang berseri-seri. Afiq yang penasaran pun membuka pembicaraan.
“Hey suci.. ada apa denganmu? Kamu tak seperti biasanya.” tanya Afiq heran.
“Aku?? Ini adalah hari yang sangat indah. Dia sangat tampan, dia menjabat tanganku dan menatapku seperti dia menatap gadis yang dicintainya.” Jawab Suci sambil senyam-senyum.
“Maksudmu? Mengapa kau tiba-tiba sok puitis begini?” tanya Afiq yang semakin heran dengan tingkah temannya itu.
“Yahh,, namanya kak wandi. Dia sangat baik.” Jawab Suci yang mencoba menjawab pertanyaan Afiq.
Walaupun masih heran, tetapi Afiq mencoba menghentikan pembicaraan karena dia tahu ketika dia banyak bicara maka sahabatnya ini akan semakin menjadi-jadi juga.
Setiba dirumah, suci pun keluar dari mobil dan bergegas untuk masuk kerumahnya yang diiringi dengan mobil Afiq yang berlaju sedikit cepat meninggalkan Suci.
Sebulan telah berlalu. Kehidupan kampus masih sama dengan sebelumnya. Yang berbeda hanyalah Suci yang tampak sangat ceria tiap harinya. Di taman kampus, Suci menghampiri sahabatnya Afiq. Dan Afiq menyambut Suci dengan senyuman pula seakan-akan dia baru bertemu dengan Suci padahal setiap harinya mereka selalu bersama-sama. Suci dengan senang menceritakan beberapa hal ke Afiq. Dan ada satu hal yang dikatakan Suci yang membuat Afiq sadar bahwa ternyata selama ini perasaan gugup itu adalah sebuah cinta. Dia tersadar seketika setelah Suci mengatakan bahwa hari itu dia resmi jadian dengan kak Wandi. Sungguh, hati Afiq sangat terpukul. Dia seperti terbang tinggi tapi tiba-tiba terjatuh hanya karena berita itu. Afiq hanya berusaha tersenyum menyembunyikan kecemburuannya demi membahagiakan sahabatnya.
5 tahun telah berlalu setelah kejadian itu. Dan Afiq masih tetap menyembunyikan perasaannya. Dia hanya bisa menata rapi ruang hatinya untuk Suci. Mereka berdua telah memiliki keluarga masing-masing. Suci menikah dengan kak Wandi. Sedangkan Afiq dijodohkan oleh orang tuanya. Afiq memiliki seorang anak perempuan dan diberi nama Suci Apriliani. Meskipun mereka telah berkeluarga tetapi mereka selalu bertemu karena bagi suci persahabatan itu adalah seumur hidup. Tetapi sayang, Afiq dilanda musibah. Istrinya meninggal setelah divonis oleh dokter bahwa dia kanker rahim. Kini Afiq hanya bisa menghabiskan hari-harinya dengan bidadari kecilnya “Suci Apriliani”. Suci yang mendengar kabar itu, selalu menyempatkan waktu untuk menghibur sahabatnya.
Tepat tanggal 28 oktobrer, tanggal dimana Afiq pertama kali bertemu dengan Suci. Itu adalah hari yang sangat dinantikan oleh Afiq karena biasanya mereka merayakan hari itu. Afiq menitipkan anaknya ke Ibunya dan dia segera berangkat menuju rumah Suci. Tampak rumah Suci begitu sepi. Afiq yang penasaran langsung menanyakan keberadaan si tuan rumah kepada tetangga Suci. Kata tetangga itu, Suci sudah lama tidak terlihat di rumah itu, dia hanya sering melihat suami Suci yang selalu pulang pergi. Dan setelah beberapa lama mencari tahu, dia pun mendapatkan jawabannya. Ternyata Suci sudah lama terbaring di RS. Dengan cepat Afiq mengendarai mobilnya menuju RS. Setiba di RS, dia melihat Wandi yang tampak sedih diluar pintu sebuah ruangan ICU. Afiq pun segera menghampiri Wandi dan menanyakan apa yang terjadi. Wandi menjelaskan semuanya. Suci mengidap kanker hati stadium 4. Tentu, Afiq sangat terpukul mendengar hal itu. Dan ditambah dengan penjelasan dokter bahwa tidak ada yang cocok untuk menggantikan hati Suci dan diperkirakan Suci hanya bisa bertahan 3 hari lagi. Tanpa pikir panjang, Afiq menemui dokter. Dia bermaksud untuk mendonorkan hatinya kepada wanita yang sangat dicintainya itu. Selama ini, dia tidak pernah melihat sahabatnya merasakan sakit. Dan dia tidak ingin sahabat yang dicintainya itu menderita. Setelah dicek, ternyata hati Afiq cocok dengan hati Suci. Awalnya Wandi melarang Afiq untuk menyerahkan hidupnya kepada istrinya. Tetapi sayang, Wandi tidak dapat menghentikan pengorbanan Afiq yang tulus karena cinta. Operasi berlangsung kurang lebih 3 jam. Dan operasinya berjalan sukses. Kini Suci telah memiliki hati yang baru. Hati yang tulus dari sahabatnya. Sedangkan Afiq hanya bisa bertahan 1 jam setelah operasi. Sebelum dia meninggal, dia sempat memberikan sepucuk surat kepada Wandi untuk disampaikan kepada Suci.
Setelah Suci siuman, Wandi pun mengecup kening istrinya dengan sangat bahagia. Suci yang penasaran dengan pendonor hati itu mencoba menanyakan kesuaminya dengan wajah yang penuh tanya. Wandi yang tidak sanggup menahan sedihnya hanya bisa memberikan Suci sepucuk surat. Sepucuk surat dari Afiq. Dengan sekuat tenaga, Suci berusaha membuka surat itu dan membaca kata perkatanya.
“Dear Suci, sahabatku dan cinta sejatiku.
Apa kabar sahabat kecilku? Kamu ingat tanggal ini tanggal berapa? Yahh tanggal 28 oktober, hari dimana kita bertemu di taman bunga untuk pertama kalinya. Aku sudah lama menyembunyikan perasaanku kepadamu. Sejak saat itu, ketika kau curhat kepadaku bahwa kau telah jadian dengan Wandi aku merasa sangat sedih. Aku tersadar bahwa saat itu aku sangat mencintaimu. Aku sangat sakit mendengarnya tapi aku juga ingin melihatmu bahagia. Kurelakan kau hidup dengan orang yang kau sayangi. Hingga setelah kita memiliki keluarga masing-masing aku masih tetap menata rapi hatiku untuk diisi oleh bayangmu. Yahh, aku hanya bisa mengisi hatiku dengan bayangmu karena kusadar bahwa aku tidak akan bisa memilikimu. Kuberi nama anakku “Suci Apriliani” untuk menggantikan kehadiranmu. Setidaknya aku memiliki Suci kecil yang selalu membuatku tersenyum. Yah,, hati itu kini berada didalam dirimu. Aku ingin kau menjaganya seperti aku yang selalu menjaga hati itu. Aku bahagia telah memberikan hatiku kepadamu karena hati itu memang telah kutata untuk kuberikan padamu. Satu hal lagi kumohon jagalah Suci kecilku. Kumohon jaga dia seperti kau menjaga dirimu sendiri.
Suci sahabatku, setelah kau membaca surat ini maka aku telah jauh. Aku telah berada disuatu tempat. Aku membawa hatimu dan aku akan hidup dengan cintamu ditempatku. Jangan tangisi kepergianku karena aku tidak pernah ingin melihatmu menangis. Terimakasih telah bersedia menjadi sahabatku.
Afiq “
Suci yang terpukul dengan surat itu hanya bisa menangis dan menangis. Ingin rasanya dia berteriak. Tetapi suaminya berusaha menenangkannya. Hari itu, Suci baru tersadar bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama dengan Afiq. Kini dia rindu dengan wajah sahabatnya. Dia menyesal tidak pernah mendengar cerita-cerita sahabatnya. Selama ini dia hanya sibuk berbagi cerita tanpa ingin mendengar cerita Afiq sendiri. Dia menyesal selama ini tidak pernah menatap dalam inci per inci wajah sahabatnya. Kini dia rindu akan sosok yang selama 20 tahun telah menemani hari sedih dan bahagianya. Cukup lama dia menyesal hingga membuat air matanya telah mengering. Bagaimana tidak seminggu telah berlalu setelah kematian afiq dan dia masih sedih.
Setahun telah berlalu, Suci hidup bahagia dengan hati Afiq dalam dirinya dan ditemani suaminya yang selalu setia. Dan juga ditemani bidadari kecil “Suci Apriliani”. Ditambah kehadiran sang jagoan kecil. Anak pertamanya dengan Wandi yang dia beri nama “Afiq”. Mereka tampak bahagia di taman bunga itu. Bercanda gurau dan bermain. Kebahagiaanya kini telah lengkap dengan keluarga kecilnya.
THE END.

No comments:

Post a Comment