Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Konsep dasar IPS 1
Pengaruh Kebudayaan
Luar Terhadap Kebudayaan Indonesia
Disusun Oleh:
Kelompok
V
Raficho Ratna Dilla Dinul Akbar
Hendra Susianto Miftahul khaerunnisa
Hasrianti Syamsu Rijal
Fatimah
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini agar kedepannya lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Makassar, 01 Januari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................. 1
KATA
PENGANTAR................................................................................ 2
DAFTAR
ISI............................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG....................................................................... 4
B. RUMUSAN
MASALAH.................................................................. 4
C. TUJUAN
PENULISAN.................................................................... 5
D. METODE
PENULISAN................................................................... 5
BAB
II PEMBAHASAN
A. UNSUR-UNSUR
KEBUDAYAAN.............................................. 6-23
B. KEB.
HINDU, BUDHA & ISLAM DAN PENGARUHNYA..... 6-23
C. PENGARUH
KEB. LUAR TERHADAP KEB. INDONESIA....
6-23
BAB
III PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................................... 24
B. SARAN........................................................................................... 24
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................. 25
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Budaya
merupakan suatu cerminan hidup suatu negara. Setiap negara mempunyai cerminan
atau budaya tersendiri dalam lika liku di kehidupannya masing masing. Budaya
juga merupakan warisan dari generasi ke generasi. Di setiap negara pasti
mempertahankan budayanya dari budaya asing. Indonesia sudah berakulturasi
dengan kebudayaan asing sejak lama. Terletaknya Indonesia di pertengahan benua
Asia dan Australia yang menjadikan jalur perdagangan pada masa lampau. Sehingga
menjadikan budaya Indonesia bercampur dengan budaya asing.
Fakta yang
terjadi sekarang, Indonesia sudah pudar dengan budaya pribumi, yang sudah
tertindas budaya asing. Budaya barat yang menjadi modernitas dan cerminan
trendsetter di Indonesia. Pengaruh budaya asing mempunyai efek positif dan
negatifnya.
Tetapi,
dilihat dari minoritas,cenderung menyerap hal negatif. Sayangnya, masyarakat
Indonesia lebih mengamini kebudayaan Barat sebagai bentuk kebebasan yang sebebas-bebasnya.
Sudah banyak masyarakat yang menganggap budaya Barat merupakan budaya yang
peling benar. Hal inilah yang tampak keliru karena budaya Barat tidak hanya
melahirkan kebebasan.Seharusnya masyarakat mencontohkan budaya barat untuk
kemajuan negara Indonesia sendiri, contohnya seperti teknologi yang maju di
budaya asing.
Kecenderungan
masyarakat Indonesia yang lupa dan melalaikan budaya dalam negeri sendiri
mengakibatkan banyak budaya asli Indoensia tidak lagi diakui bangsa lain.
Sebagai negara berkembang, masyarakat indonesia seharusnya meniru motivasi
Barat untuk menjadi negara yang maju bukan malah melalaikan budaya sendiri.
B. RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah :
1. Tuliskan
unsur-unsur kebudayaan!
2. Tuliskan
pengaruh kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia?
3. Bagaimana
pengaruh kebudayaan luar terhadap kebudayaan indonesia baik itu berdampak
positif maupun berdampak negatif?
C. TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka adapun
tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa-apa saja unsur kebudayaan beserta penjelasannya.
2. Untuk
mengetahui pengaruh kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia.
3. Untuk
mengetahui pengaruh kebudayaan luar terhadap kebudayaan indonesia baik itu
berdampak positif maupun berdampak negatif.
D. METODE
PENULISAN
Penulisan makalah
ini menggunakan daftar pustaka melalui berbagai media, baik itu dari media
cetak maupun media elektronik.
BAB II PEMBAHASAN
1.
Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika
seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan
menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi
dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah
suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang
mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu
mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme
kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan
kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali
anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren
untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.
2. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa,
dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh
pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
A. UNSUR-UNSUR
KEBUDAYAAN
Mempelajari unsur-unsur yang
terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan
manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of
Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari
sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem
kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem
kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan
kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan
bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam
kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh unsur
kebudayaan tersebut adalah :
1. Sistem Bahasa
Bahasa merupakan sarana bagi
manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan
dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan
istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam
membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang
diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya
sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang
penting dalam analisa kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem
perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah
deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku
bangsa yang bersangkutan beserta variasi-variasi dari bahasa itu.
Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara
membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun,
subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas
daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat
tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi
sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan dalam kultural
universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem
pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem
pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang
berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya. Masyarakat pedesaan yang
hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang
disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa
dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah
hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat
mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena
semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan
Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan
hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang
kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang
di langit.
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, binatang, dan manusia yang ada disekitarnya. Menurut Koentjaningrat setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini antara lain adalah :
Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciri-ciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, binatang, dan manusia yang ada disekitarnya. Menurut Koentjaningrat setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan. Pengetahuan ini antara lain adalah :
a. Alam sekitarnya;
b. Tumbuhan yang tumbuh
disekitar daerah tempat tinggalnya;
c. Binatang yang hidup di
daerah tempat tinggalnya;
d. Zat, bahan mentah, dan
benda-benda dalam lingkungannya;
e. Tubuh manusia;
f. Sifat dan tingkah laku
manusia;
g.
Ruang dan waktu.
3. Sistem Kekerabatan Dan
Organisasi Sosial
Unsur budaya berupa sistem
kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami
bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut
Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat
istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan
di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling
dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat
yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam
tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam
kehidupannya. Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam
suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu
komunitas atau organisasi sosial.
4. Sistem Peralatan Hidup
Dan Teknologi
Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau
benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan
manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa
benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi
yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang
termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.
5. Sistem Mata Pencaharian /
Ekonomi
Mata pencaharian atau aktivitas
ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian
etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional antara lain adalah
:
a. Berburu dan meramu;
b. Beternak;
c. Bercocok tanam di ladang;
d. Menangkap ikan;
e. Bercocok tanam menetap
dengan sistem irigasi;
Pada saat ini hanya sedikit sistem
mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor
pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah
pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi. Pada saat ini
pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam
mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup
manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi
hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang
mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.
6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi
religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada
adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi
daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan
pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut,
para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa
adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia
pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.
7. Kesenian
Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula
dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat
tradisional. Deskripsi
yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau
artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan
etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada
teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi
etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan
seni drama dalam suatu masyarakat. Berdasarkan jenisnya, seni rupa
terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias.
Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra
terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari,
yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan.
Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong.
Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
B. KEBUDAYAAN
HINDU, BUDHA & ISLAM SERTA PENGARUHNYA
Ø Kebudayaan Hindu-Budha
Kebudayaan Hindu-Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur yaitu : jalur
laut dan jalur darat. Dimana para penyebar agama dan budaya hindu-budha melalui
jalur laut datang ke Indonesia mengikuti rombongan kapal-kapal
para pedagang yang biasa beraktivitas pada jalur India-Cina. Rute perjalanan
para penyebar agama dan budaya Hindu-Budha, yaitu dari India menuju Myanmar,
Thailand. Semenanjung Malaya, kemudian ke Nusantara. Sementara itu, dari
Semenanjung Malaya ada yang terus ke Kamboja, Vietnam, Cina, Korea dan Jepang.
Di antara mereka ada yang langsung dari India menuju Indonesia dengan
memanfaatkan bertiupnya angina muson barat. Sedangkan melalui jalur darat Para
penyebar agama dan budaya Hindu-Budha yang menggunakan jalur darat mengikuti
para pedagang melalui Jalan Sutra, dari India ke Tibet terus ke utara sampai
dengan Cina, Korea, dan Jepang. Ada juga yang melakukan perjalanan dari India
Utara menuju Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya kemudian
berlayar menuju Indonesia.
#Raja
secara khusus mendatangkan Brahmana ke Indonesia meminta Brahmana untuk
mengajar agama Hindu di lingkungan istananya.
#Teori
ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di Malaysia dan
pantai Timur Sumatera yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India
Selatan yang memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan
kematian).
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini
dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang,
antara lain sebagai berikut.
1. Bidang agama, yaitu berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum masuk pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di Indonesia masih bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat itu melakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan alam. Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
1. Bidang agama, yaitu berkembangnya agama Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum masuk pengaruh India, kepercayaan yang berkembang di Indonesia masih bersifat animisme dan dinamisme. Masyarakat pada saat itu melakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan kekuatan-kekuatan benda-benda pusaka tertentu serta kepercayaan pada kekuatan-kekuatan alam. Dengan masuknya pengaruh Hindu-Buddha, kepercayaan asli bangsa Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2.
Bidang politik dan pemerintahan,
pengaruhnya terlihat jelas dengan lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak
Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di
Indonesia tampaknya belum mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan.
Sistem pemerintahan yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan
yang mencakup daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang
kepala suku bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa
pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di
Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai, Tarumanagara, Kediri,
Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang bercorak Buddha adalah Kerajaan
Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia adalah adanya kerajaan yang bercorak
Hindu-Buddha yaitu Kerajaan Mataram lama.
3. Bidang pendidikan,
membawa
pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga pendidikan. Meskipun lembaga pendidikan
tersebut masih sangat sederhana dan mempelajari satu bidang saja, yaitu
keagamaan. Akan tetapi lembaga pendidikan yang berkembang pada masa
Hindu-Buddha ini menjadi cikal bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia. 17 bukti yang menunjukkan telah berkembangnya
pendidikan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain
adalah: (a). Dalam catatan
perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal dari Cina, menyebutkan
bahwa sebelum dia sampai ke India, dia terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di
Sriwijaya I-Tsing melihat begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia
memutuskan untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan
salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama di Sriwijaya,
yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada siapa saja yang
akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha untuk singgah dan
mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di Sriwijaya. Berita I-Tsing ini
menunjukkan bahwa pendidikan agama Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan
tampaknya menjadi yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu. (b). Prasasti
Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-9, dan ditemukan di India.
Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja Balaputradewa dari Suwarnabhumi
(Sriwijaya) meminta pada raja Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk
pembangunan asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama Buddha
yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut, kita bisa melihat
begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap pendidikan dan pengajaran
agama Buddha di kerajaannya. Hal ini terlihat dengan dikirimkannya beberapa
pelajar dari Sriwijaya untuk belajar agama Buddha langsung ke daerah
kelahirannya yaitu India. Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke
Sriwijaya maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut kepada
masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama sebagai pusat
pengajaran dan pendidikan agama Buddha. (c). Catatan perjalanan I-Tsing
menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning dari Cina pernah berangkat ke Ho-Ling (salah
satu kerajaan Buddha di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan
pendeta Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir kitab
Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa pun telah dikenal
pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi rujukan bagi pendeta yang berasal
dari daerah lain untuk bersamasama mempelajari agama dengan pendeta yang
berasal dari Indonesia. (d). Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang
dikeluarkan oleh Raja Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama
oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat yang dibangun
sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan. 18. Hal ini menunjukkan
besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap pendidikan keagamaan bagi rakyatnya
dengan memberikan fasilitas berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan
sebagai sarana pendidikan dan pengajaran. (e). Istilah surau yang digunakan
oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga pendidikan Islam tradisional di
Minangkabau sebenarnya berasal dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan
tempat yang dibangun sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat berkumpul para
pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam kebiasaan ini terus dilajutkan
dengan mengganti fokus kajian dari Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
4. Bidang sastra dan bahasa,
dari segi bahasa, orang-orang Indonesia mengenal bahasa Sanskerta dan huruf
Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat
berkembang terutama pada aman kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara
lain :
(a.)
Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa pemerintahan
Airlangga.
(b.)
Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri.
(c.)
Gatot kaca sraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan Kediri.
(d.) Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
(d.) Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
(e.)
Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
(f.) Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
(f.) Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun pada aman kerajaan Majapahit.
5. Bidang seni tari,
berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi, terutama candi
Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya bentuk tari-tarian yang
berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk tarian yang digambarkan dalam relief
memperlihatkan jenis tarian seperti tarian perang, tuwung,
bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng). Tari-tarian tersebut
tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari relief yang memperlihatkan
jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang, kecer, gambang, saron,
kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling dan gong.
6. Seni relief pada candi, yang kemudian menghasilkan seni pahat. Hiasan pada candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan epik sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada candi Prambanan yang dibangun pada permulaan abad ke-10. Epik yang tertera dalam relief candi Prambanan mengambil penggalan kisah yang terdapat dalam cerita Ramayana. Hiasan relief candi Penataran pada masa Kediri mengambil epik kisah Mahabharata. Sementara itu, kisah Mahabharata juga menjadi epik yang dipilih sebagai relief pada dua candi peninggalan kerajaan Majapahit, yaitu candi Tigawangi dan candi Sukuh.
6. Seni relief pada candi, yang kemudian menghasilkan seni pahat. Hiasan pada candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia didasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusastraan yang bercorak Hindu ataupun Buddha. Pemilihan epik sebagai hiasan relief candi dikenal pertama kali pada candi Prambanan yang dibangun pada permulaan abad ke-10. Epik yang tertera dalam relief candi Prambanan mengambil penggalan kisah yang terdapat dalam cerita Ramayana. Hiasan relief candi Penataran pada masa Kediri mengambil epik kisah Mahabharata. Sementara itu, kisah Mahabharata juga menjadi epik yang dipilih sebagai relief pada dua candi peninggalan kerajaan Majapahit, yaitu candi Tigawangi dan candi Sukuh.
7. Seni Arca dan Patung,
sebagai
akibat akulturasi budaya pemujaan arwah leluhur dengan agama Hindu-Buddha
maka beberapa keluarga raja diperdewa dalam bentuk arca yang ditempatkan di
candi makam. Arcaarca dewa tersebut dipercaya merupakan lambang keluarga raja
yang dicandikan dan tidak mustahil termasuk di dalamnya kepribadian dan watak
dari keluarga raja tersebut. Oleh karena itu, arca dewa tersebut sering
diidentikkan dengan arca keluarga raja. Seni arca yang berkembang di Indonesia
memperlihatkan unsur kepribadian dan budaya lokal, sehingga bukan
merupakan bentuk peniruan dari India. Beberapa contoh raja yang diarcakan
adalah Raja Rajasa yang diperdewa sebagai Siwa di candi makam
Kagenengan, Raja Anusapati sebagai Siwa di candi makam Kidal,
Raja Wisnuwardhana sebagai Buddha di candi makam Tumpang. Raja Kertanegara
sebagai Wairocana Locana di candi makam Segala dan Raja
Kertarajasa Jayawardhana sebagai Harihara di candi makam Simping.
Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan peninggalan sejarah di Indonesia, antara lain:
Patung-patung dewa dalam agama Hindu yang merupakan peninggalan sejarah di Indonesia, antara lain:
a.
Arca batu Brahma.
b.
Arca perunggu Siwa Mahadewa.
c.
Arca batu Wisnu.
d.
Arca-arca di Prambanan, di antaranya arca Lorojongrang.
e.
Arca perwujudan Tribhuwanatunggadewi di Jawa Timur.
f.
Arca Ganesa, yaitu dewa yang berkepala gajah sebagai dewa ilmu pengetahuan.
8. Seni pertunjukan,
terutama seni wayang sampai sekarang merupakan salah satu bentuk seni yang
masih populer di kalangan masyarakat Indonesia. Seni wayang beragam bentuknya
seperti wayang kulit, wayang golek, dan wayang orang. Seni pertunjukan wayang
tampaknya telah dikenal oleh bangsa Indonesia sejak aman prasejarah.
9. Bidang seni bangunan,
merupakan
salah satu peninggalan budaya Hindu-Buddha di Indonesia yang sangat menonjol
antara lain berupa candi dan stupa. Selain itu, terdapat pula beberapa
bangunan lain yang berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan, seperti: ulan dan
satra merupakan semacam pesanggrahan atau tempat bermalam para pe iarah;
sima adalah daerah perdikan yang berkewajiban memelihara bangunan suci
di suatu daerah; patapan adalah tempat melakukan tapa; sambasambaran yang
berarti tempat persembahan; meru merupakan bangunan berbentuk tumpang
yang melambangkan gunung Mahameru sebagai tempat tinggal dewa-dewa agama Hindu.
Ø Kebudayaan Islam
Kedatangan Islam di Indonesia, tidak dapat diketahui
dengan pasti. Diperkirakan kedatangan yang pertama adalah di Aeh. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya makam-makam. Menurut Ma Huan yang datang ke
Majapahit tahun 1413, bahwa ada 3 golongan penduduk Majapahit yaitu orang-orang
Islam yang datang dari Barat, orang-orang Cina yang kebanyakan memeluk Islam
dan selebihnya rakyat yang menyembah berhala. Islam masuk ke Indonesia dengan
jalan damai pada abad ke-7 dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13.
Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa
Persia dan Gujarat (India). Proses masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia
pada dasarnya dilakukan dengan melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui
perdagangan seperti yang dilakukan oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat.
Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul dengan masyarakat Indonesia. Pada
kesempatan itu dipergunakan untuk menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya
diantara pedagang tersebut ada yang terus menetap, atau mendirikan
perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan perkampungan Pekojan. Dengan
adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang sampai
menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat
berkembang. Adapun wujud akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan
Indonesia adalah :
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah
memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan
masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses
bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling
mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha
hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak
hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat
Indonesia.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat
pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid adalah tempat ibadahnya orang
Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya menunjuk pada tempat untuk
menyelenggarakan shalat jumat. Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya
mempunyai cirri khas tersendiri, diantaranya :
#Atapnya
berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu
ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
#Tidak
adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid Banten
dan masjid Kudus.
#Biasanya
masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya
didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya
rakyat dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun
di tempat-tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang
kebanyakan masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan
pengaruh dari Timur tengah dan India.
2.
Sistem Pemerintahan
Dalam
pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang
bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan
digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti
Samudra Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak
Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila
rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan
secara Islam.
Kesimpulannya, Banyak teori yang
menyatakan tentang masuknya Agama Islam ke Indonesia, teori-teori tersebut
dibuat berdasarkan masing-masing bukti tentang awal mula masuknya islam ke
Indonesia. Masuknya Islam berpengaruh besar pada kebudayaan yang ada di
Indonesia. Sebelumnya, kebudayaan di Indonesia adalah kebudayaan yang
bercorak Hindu-Budha. Namun setelah masuknya Islam, berdirilah kerajaan-kerajaan
islam yang menjadikan kebudayaan Islam tersebut mengalami akulturasi dengan
kebudayaan yang ada di Indonesia. Kebudayaan tersebut terus berkembang seiring
dengan perkembangan zaman.
C. KEBUDAYAAN
BARAT DAN PENGARUHNYA
# Kebudayaan Asing di
Indonesia
Bangsa Indonesia dalam mengikuti arus globalisasi
terkadang dapat melunturkan jati diri bangsa yang begitu kental dengan
kesopanan dan budaya timur. Dimata dunia Indonesia dikenal sebagai bangsa yang
menjunjung adab ketimuran yang sangat baik. Tapi bangsa Indonesia tidak menutup
diri bagi budaya asing yang ingin masuk ke Indonesia tanpa melunturkan jati
diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Karena terkadang globalisasi dapat
menjadikan bangsa semakin kreatif tanpa meninggalkan adab bangsanya. Kebudayaan
asing yang masuk akibat era globalisasi (perluasan cara-cara sosial antar
benua), ke Indonedia turut mengubah perilaku dan kebudayaan Indonesia, baik itu
kebudayaan nasional maupun kebudayaan murni yang ada di setiap daerah di
Indonesia. Dalam hal ini sering terlihat ketidakmampuan manusia di Indonesia
untuk beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan asing sehingga melahirkan
perilaku yang cenderung ke barat-baratan (westernisasi). Hal tersebut terlihat
dengan seringnya orang-orang terutama remaja Indonesia keluar-masuk pub,
diskotik dan tempat hiburan malam lainnya, dengan berbagai perilaku menyimpang
yang menyertainya dan sering melahirkan komunitas tersendiri terutama di
kota-kota besar dan metropolitan. Dalam hal ini terjadinya berbagai kasus
penyimpangan seperti penyalah gunaan zat adiktif, berbagai bentuk pelanggaran
susila dan lain sebagainya. Ini merupakan ketidakmampuan masyarakat Indonesia
dalam beradaptasi dan menyeleksi pengaruh asing sehingga masih bersikap ‘latah’
terhadap kebudayaan asing.
#
Pengaruh Budaya Asing Di Indonesia
Dari
sekian banyak budaya asing yang masuk ke Indonesia, diantaranya adalah budaya
barat. Barat, sesuai namanya, merupakan produk perkembangan di bilangan barat
dunia yang menekankan individualitas dan kebebasan. Sementara Indonesia
merupakan bagian bangsa timur yang menghendaki harmoni, komando, dan
kolektivitas. Bangsa Barat yang memberikan pengaruh cukup membekas adalah
Portugis dan Belanda. Terutama Belanda, budaya bangsa-bangsa ini sebagiannya
telah terserap dan masuk ke dalam struktur budaya bangsa Indonesia. Sesungguhnya,
terdapat sejumlah pengaruh “Barat” yang hingga kini terus membekas di dalam
struktur kebudayaan Indonesia. Utamanya di dalam sistem pendidikan Indonesia.
Pendidikan merupakan salah satu komponen nonmaterial kebudayaan yang punya
peran signifikan dalam melestarikan suatu budaya. Selain pendidikan, mekanisme
administratif pemerintahan negara barat yang pernah menjajah Indonesia, yaitu
Belanda juga punya pengaruh tersendiri dalam pembentukan sistem sosial (politik)
Indonesia. Tidak hanya Negara barat saja yang mempengaruhi, tetapi
negara-negara Timur seperti Cina dan Jepang pun memberikan derajat pengaruh
tertentu bagi perkembangan sistem sosial dan budaya Indonesia. Jepang tentu
saja, memberikan pengaruh , yaitu lewat penjajahan singkat mereka atas
Indonesia. Sementara Cina, yang telah punya hubungan dengan kepulauan nusantara
jauh sebelum Islam menyentuh Indonesia, dan telah membentuk derajat pengaruh
tersendiri. Sedangkan sekarang ini, kebiasaan-kebiasaan orang barat yang telah
membudaya hampir dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan
cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang barat tersebut yang sifatnya
negatif dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ketimuran kita sehingga
ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang
menginginkan kebebasan seperti orang-orang barat. Contoh kebudayaan-kebudayaan
barat tersebut dapat kita lihat dari cara mereka berpakaian dan mode, film,
sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.
# Dampak Kebudayaan Asing
Di Indonesia
Kehadiran
globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti
kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan
mempengaruhi nilai-nilai nasionalisme terhadap bangsa.
1. Dampak Positif
a) Perubahan Tata Nilai
dan Sikap
Adanya
modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap
masyarakat yang semula irasional menjadi rasional.
b) Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah
dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c) Tingkat Kehidupan yang
lebih Baik
Dibukanya
industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf
hidup masyarakat.
2. Dampak Negatif
a) Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan
industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah.
Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak
pilihan yang ada.
b) Sikap Individualistik
Masyarakat
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka
adalah makhluk sosial.
c) Gaya Hidup
Kebarat-baratan
Tidak
semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang
mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua,
kehidupan bebas remaja, remaja lebih menyukai dance dan lagu barat dibandingkan
tarian dari Indonesia dan lagu-lagu Indonesia, dan lainnya. Hal ini terjadi
karena kita sebagai penerus bangsa tidak bangga terhadap sesutu milik bangsa.
d) Kesenjangan Sosial
Apabila
dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat
mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah
antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan
kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya
dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan
ketunggalikaan Bangsa Indonesia.
Mempertahankan
Kebudayaan Indonesia
Nilai kebudayaan yang menjadi
karakteristik bangsa Indonesia, seperti gotong royong, silahturahmi, ramah
tamah dalam masyarakat menjadi keistimewaan dasar yang dapat menjadikan
individu-individu masyarakat Indonesia untuk mencintai dan melestarikan
kebudayaan bangsa sendiri. Tapi karakteristik masyarakat Indonesia yang dikenal
sebagai masyarakat yang ramah dan sopan santun kini mulai pudar sejak masuknya
budaya asing ke Indonesia yang tidak bisa diseleksi dengan baik oleh masyarakat
Indonesia. Maka, dalam hal ini pemerintah memiliki peranan penting untuk
mempertahankan nilai-nilai kebudayaan Indonesia dalam kehidupan masyarakatnya
karena nilai-nilai kebudayaan dari leluluhur merupakan filosofi hidup pada tiap
daerahnya meskipun tanpa bantuan teknologi. Nilai-nilai budaya tersebut bukan
berarti mengharuskan kita untuk bersikap tertutup terhadap budaya asing, namun
nilai dan makna filosofi kebudayaan Indonesia harus dijadikan sebagai sumber
inspirasi dan kreatifitas. Berikut ini adalah beberapa cara mempertahankan
kebudayaan Indonesia agar tidak terpengaruh oleh kebudayaan asing yang bersifat
negatif : Menumbuhkan
semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dan
kebudayaan dalam negeri.Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan
sebaik- baiknya.Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-
baiknya.Selektif terhadap kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.Memperkuat
dan mempertahankan jatidiri bangsa agar tidak luntur.Dengan begitu
masayarakat dapat bertindak bijaksana dalam menentukan sikap agar jatidiri
serta kepribadian bangsa tidak luntur karena adanya budaya asing yang masuk ke
Indonesia khususnya.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kecenderungan masyarakat Indonesia yang
lupa dan melalaikan budaya dalam negeri sendiri mengakibatkan banyak budaya
asli Indoensia tidak lagi diakui bangsa lain. Sebagai negara berkembang,
masyarakat indonesia seharusnya meniru motivasi Barat untuk menjadi negara yang
maju bukan malah melalaikan budaya sendiri. Sehingga memunculkan 2 dampak yaitu
:
Dampak Positif
· Pola pikir
dan sikap masyarakat yang berubah seiringnya dengan globalisasi dan modernisasi
yang berkembang di Barat. Mengubah masyarakat menjadi berpikir rasional yang
sebelumnya berpikir irasional.
· Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dari barat yang memberikan kemudahan bagi
masyarakat sekaligus memotivasi masyarakat untuk maju dalam segala hal di
kehidupan bermasyarakat.
· Perkembangan
industri barat dalam memproduksi berbagai alat transportasi dan komunikasi yang
canggih yang meningkatkan taraf hifup masyarakat dan mengurangi pengangguran.
Dampak Negatif
Selain dampak positif, budaya barat juga berdampak
negatif bagi kebudayaan Indonesia :
· Banyaknya
produk impor yang menjadikan produk dalam negeri terpinggirkan.
· Adanya
kesenjangan sosial di masyarakat. Perkembangan teknologi yang semakin canggih
membuat masyarakat menjadi individu atau sudah tidak lagi butuh pertolongan
antar masyarakat. Hal ini memacu adanya individualisme.
· Berkembangnya
gaya hidup ke barat-baratan, menjadikan hidup bebas. Hal ini yang menyebabkan
sudah hilangnya moral atau perilaku yang baik dalam kehidupan bermasyarakat,
dan malah menjadikan masyarakat menganut gaya hidup hedonis.
B. SARAN
Kami sangat
mengharapkan saran dari semua pihak baik itu dosen, teman maupun masyarakat
yang sifatnya membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment