Dibalik
kebungkaman
Hari yang sangat cerah. Disebuah ruangan yang
lumayan besar dan ruangan itu layak untuk disebut kamar, terlihat sebuah pena
yang melekat pada jemari simajikannya yang sangat mulus. Pena itu sedang mempertontonkan tariannya yang
begitu gemulai di atas panggung berlantai kertas. Dan tentunya, pena itu tak
akan bisa menari tanpa tuntunan dari simajikannya. Kadangkala, pena itu
menghentikan aksinya dan mencoba untuk memberikan si kertas ruang untuk
bernafas. Dan ada banyak sekali benda berserakan di sekitar gadis yang tengah
serius menjajali bukunya dengan pena, seperti penjepit kertas, lem, penggaris,
notebook, flashdisk, tas, tissue, cermin, laptop, kertas polio, plaster, kertas
HVS, kalkulator, alfalink, novel, buku LKS, stabilo dan juga atlas. Ternyata
dia adalah sosok yang berantakan. Entah apa yang ingin dia coba kerjakan
sekarang, yang jelas hanya dia dan Tuhan yang tahu. Dia adalah sosok yang
pendiam, terlihat dari ketekunannya mencoreti kertas putih itu. Menurut “penelitian
asal”, orang yang gemar menulis dan saat menulis ia hanya terfokus pada
tulisannya itu maka orang itu pastilah pendiam, yakin 20%. Dia memiliki mata
yang berbinar-binar, hidung mancung, bulumata yang lentik, kaki yang jenjang,
badan yang ramping, layaknya seperti seorang artis diera 90-an. Dijemarinya
melingkar sebuah cincin permata sebagai tanda bahwa ia telah menjadi milik
orang lain tetapi belum sah dimata hukum dan agama alias tunangan, gelang mawar
dan jam tangan pink dikedua pergelangan tangannya. Rambutnya terurai denga
panjang kira-kira sebahu dan warnanya hitam pekat. Ada aroma khas yang sering
meruak lubang hidung ketika berada tepat didekatnya yaitu aroma khas shampo
yang sering ia gunakan, lidah buaya. Dikedua telinganya tergantung permata
putih mungil yang berkilau, bahkan dari kejauhan kilaunya itu dapat mensilaukan
mata ketika memandanginya. Aroma mawar putih dan mawar merah juga melekat
ditubuhnya. Semua itulah yang menambah keelokan si gadis tersebut.
Bagi orang yang mengenalnya, sudah
menjadi hal biasa dengan tampilan seperti itu. Bahkan itulah yang menjadi salah
satu alasan iya dipersunting oleh seorang pangeran dari kerajaan dunia. Tapi
tidak pada hari itu, entah mengapa hal-hal yang ia benci kini telah berubah
menjadi kesukaannya. Dia benci hal-hal yang berbau bersih-bersih apalagi
berbicara tentang kamarnya. Orang yang melihat isi kamarnya pasti akan mengira
bahwa telah terjadi gempa. Kamarnya hancur bak kapal pecah. Orang memang akan
bertanya-tanya, dia bukanlah dia. Memang membingungkan tetapi itulah dia. Dalam
hal fashion, ia tak terkalahkan akan tetapi dalam hal dekorasi kamar ataupun
tentang kebersihan kamar, ia selalu menjadi yang terbelakang.
Tiba-tiba , ia bergeser dari
kerjaannya . Lalu berdiri , ia baru tersadar bahwa ia berada dalam sebuah
tempat setelah seharian mengerjakan penelitian amburadulnya . Dia sempat
menjadi orang pimplang atau mungkin amnesia sementara , atau mungkin juga
menjadi orang gila . Entahlah , hanya diri , hati , dan perasaannyalah yang
tahu bagaimana keadaannya saat itu . Dia sempat berpikir dirinya , raganya ,
jiwanya , berada di perpustakaan(178) , kemudian berpikir lagi bahwa dia sedang
di parkiran(296) , berubah lagi bahwa dia di secret(179) , berubah lagi bahwa
dia lapangan(184) , tapi bukan pikirannya berubah lagi bahwa dia sedang di
kantor(180) , bukan lagi tapi di ruang PMR(181) , tapi bukan . Hmmmm,,,, kali
ini pasti tebakannya benar . Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan
metode interview , pertanyaan dengan pola 5W + 1H , ternyata ia berada di kelas(174)
kotor impiannya . Dia baru tersadar saat ia memerhatikan sekelilingnya . Ada
meja(13) dan istrinya ibu kursi(14) , papan tulis(8) dengan istri dan anaknya
spidol(176) dan penghapus(10) , dinding(82) yang dihiasi dengan paku(12) ,
terminal(5) , mading(7) dengan paku tindis(11) disudut-sudutnya , sertifikat(9)
, jam dinding(19) , spanduk(48) , kalender(50) , kabel(52) , bingkai foto(54) ,
piagam(61) , roster(75) , lukisan(108) gunung merapi , saklar(141) , kilometer(142)
, bohlam(154) , gabus(172) , bel(196) , dan poster(198) . Jendela(63) dengan
kaca(62) dan horden(25)nya yang bewarna hijau , palpon(60) , seng(36) , dan
atap(94) , yang selalu setia bertahan demi melindungi benda hidup dan benda
mati , pintu(95) dengan ensel-ensel(230) tua dan gembok(103) rusaknya ,
kaligrafi(262) yang tergantung dengan bantuan tali(159) dan diatas perpaduan
pasir(182) , semen(183) , batu merah(3) , batu bata(37) , kerikil(38) , air(128),
besi(153) , dan kayu(160) , ditutupi dengan warna indah dari cat(204) dan
coretan-coretan kecil dari kuas(206) yang menghasilkan warna yang sempurna ,
taplak meja(287) hijau yang menjadi busana trendi masa itu , tegel(67) yang
pecah-pecah akibat injakan benda hidup yang tak pandang bulu , sapu(6) , skop
sampah(33) , tempat sampah(81) , plastik(90) , puntun-puntun rokok(99) isapan
sipenggila keharaman diatas asbak(100) , tinta pulpen(117) yang tak bernyawa
lagi , jurnal(143) , kaset(205) bekas , kapas(257) , botol(279) bekas , kawat(300)
, ranting(299) , daun(298) , karet(286) , piala(269) yang tak dihargai lagi dan
patung(288) hancur yang berserakan dimana-mana , tumpukan perkakas seperti :
palu(241) , gergaji(242) , pahat(243) , ketan(245) , sound system(276) , katrol(260)
, meteran(280) , cangkul(282) , pipa(283) dan moleng(281) yang dipenuhi dengan
debu(186) membuat mata kesakitan , meringis-ringis melihat pemandangan yangtak
enak itu .
Selang beberapa menit kemudian , dia
berjalan keluar sambil memegangi jerawat(256) kecil yang ditutupi dengan
handiplas(2580 bergambar diwajahnya . Saat langkah 15 kali , 16 kali , 17 kali
, 18 kali ,19 kali , 20 kali , dia terhenti . Wajahnya berubah saat dia mencium
bau tak sedap dari selokan(130) samping kelasnya . Tiba-tiba secercak air
membasahi pipi(47)nya yang sudah diolesi pewarna buatan . Dia pun berlari
mencari tempat berteduh . Sesampai ditempat tersebut dia memandangi langit(124) yang terbentang
luas diangkasa dengan tempelan-tempelan kecil bewarna putih yaitu awan(125) dan
matahari(126) yang hampir redup dikarenakan cuaca hari itu . Dan pandangan terakhirnya waktu itu adalah
gunung(127) kecil yang terbentang di depannya yang pernah menjadi tempat impian
terindah bersama sahabat-sahabatnya sewaktu kecil dulu . Lagi-lagi pikirannya
tertuju pada kenangan pahit yang mengubahnya menjadi orang aneh . Dengan cepat
ia mengarahkan pandangannya kearah yang lebih luas . Dilihatnya siswa berlarian
meninggalkan aktivitasnya saat itu karena takut baju putih abu-abunya , baju
olahraganya akan kebasahan . Sepertinya ada kilat yang tiba-tiba menyambar
otaknya sampai koslet sehingga dia mengeluarkan pertanyaan bodoh yang belum
pernah ada sebelumnya . Mengapa ???????????????? mengapa bendera merah putih(4)
, net volly(43) , tiang volly(44) , bola volly(45) , bola takraw(46) , bambu(53)
, tiang takraw(55) , net takraw(56) , tower(57) , parabola(64) , tanah(68) ,
pagar bambu(97) , tangga(111) , tiang bendera(135) , ban motor(144) bekas ,
gerobak(199) , drum(207) , jalanan(222) , antena(232) , trotoar(264) , pos
satpam(265) , jemuran(270) , kaca spion(278) , dan kubah(297) tidak ikut
berlari seperti mereka mencari tempat berteduh dan mengapa pula ayam(26) ,
anjing(27) , burung(51) , dan kambing((1850 harus ikut berteduh ??????????? .
Tapi pertanyaan bodoh itu langsung lenyap dikarenakan jawaban pasti bahwa “
hanya tuhan yang tahu itu “ . Setelah hujan redah ia meninggalkan tempat itu
sambil memerhatikan rumput-rumput(39) yang basah . Dia berjalan melewati
laboratarium(96) , ketika sosoknya hampir tak terlihat lagi tiba-tiba
langkahnya terhenti di persimpangan penasarannya . Pandangan beralih kesosok
yang sepertinya ia kenal , sosok itu sedang asyik membuat penemuan baru dari
campuran larutan obat nyamuk(249) , korek api(248) , dan sunlight(190) didalam
gelas kimia(197) . Entah larutan apa yang akan ia ciptakan . Mungkin larutan
untuk membunuh si cewek aneh itu , ataukah larutan penghilang ingatan , atau
entahlah . Karena dirinya sudah lelah melototi si ilmuan bajakan ia pun segera
menghilang . Dia berlari-lari kecil sambil tertawa . Hari itu dia sangat aneh
kadang tersenyum , cemberut , menangis , seperti orang gila . Kakinya terhenti
tepat didepan wc(173) . Dilihatnya ember(208) yang kumuh , baskom(209) dan
gayung(210) yang tak layak pakai , bak mandi(261) yang dipenuhi tumbuhan lumut
, dan klosek(193) yang bewarna kuning kecokelat-cokelatan . Wajahnya tampak
sangat lucu , sangat jelas bahwa saat itu dia ingin muntah . Jadi sebelum isi
perutnya keluar semua , ia pun segera meninggalkan tempat yang menyeramkan itu
dibanding rumah hantu . Dia beralih ke pondok peristrahatan guru-guru . Tempat
itu dipenuhi microphone(116) , micron(118) , LCD(138) , telivisi(119) , kulkas(120)
, dan sofa(121) . Penciumannya yang tajam mengalihkan pandangannya kesebuah
pertunjukan tragis . Pertunjukan antara siwajang(133) dan spatula(134) diatas
kompor(140) , pisau(187) yang sangat sadis tampa pandang sakit atau tidaknya
mencincang-cincang sibawang putih(169) , bawang merah(168) dan sicabai(167) .
Tapi pertunjukan itu malah membuatnya sangat gembira . pak satpam tiba-tiba
muncul dihadapannya dengan bulu kumis(162) khasnya dan kopiah(91) hitam . Dia
hanya tersenyum kepada pak satpam seakan-akan semuanya akan lenyap . Pak satpam
hanya ternganga heran dan dalam hati kecil pak satpam berkata “ ada apa dengan
anak itu “ . Saat pak satpam ingin bertanya padanya ternyata dia telah
menghilang . Kini langkah berikutnya , entah langkah kesekian kali dan mungkin
juga itu adalah langkah terakhirnya yang tertuju pada masjid(59) sekolah .
Dengan penuh keyakinan , dia melangkahkan jejak pertamanya di masjid yang
didahului dengan kaki kanannya . Dengan cepat , ia meraih Al-qur’an(156) lalu
melangtungkan ayat-ayat yang terdapat didalamnya . Setelah terucap kata “
Shodaqallaahul ‘adzim “ , ia pun meletakkan Al-qur’an ketempat yang suci . Tak
lama kemudian , terdengar hempasan nafas yang begitu lega dari sosoknnya .
Ternyata itu adalah nafas terakhir yang membawanya kesebuah tempat yang lebih
indah . Kini dia telah menjadi orang yang bahagia seutuhnya , tanpa beban
pikiran dan rasa penuh penyesalan .
THE END
NAMA ; RAFICHO RATNA DILLA
NIS ; 113193
KELAS ; XI IPA 3
No comments:
Post a Comment