Tuesday, June 16, 2020

Dibalik Kebungkaman


Dibalik kebungkaman
             Hari yang sangat cerah. Disebuah ruangan yang lumayan besar dan ruangan itu layak untuk disebut kamar, terlihat sebuah pena yang melekat pada jemari simajikannya yang sangat mulus.  Pena itu sedang mempertontonkan tariannya yang begitu gemulai di atas panggung berlantai kertas. Dan tentunya, pena itu tak akan bisa menari tanpa tuntunan dari simajikannya. Kadangkala, pena itu menghentikan aksinya dan mencoba untuk memberikan si kertas ruang untuk bernafas. Dan ada banyak sekali benda berserakan di sekitar gadis yang tengah serius menjajali bukunya dengan pena, seperti penjepit kertas, lem, penggaris, notebook, flashdisk, tas, tissue, cermin, laptop, kertas polio, plaster, kertas HVS, kalkulator, alfalink, novel, buku LKS, stabilo dan juga atlas. Ternyata dia adalah sosok yang berantakan. Entah apa yang ingin dia coba kerjakan sekarang, yang jelas hanya dia dan Tuhan yang tahu. Dia adalah sosok yang pendiam, terlihat dari ketekunannya mencoreti kertas putih itu. Menurut “penelitian asal”, orang yang gemar menulis dan saat menulis ia hanya terfokus pada tulisannya itu maka orang itu pastilah pendiam, yakin 20%. Dia memiliki mata yang berbinar-binar, hidung mancung, bulumata yang lentik, kaki yang jenjang, badan yang ramping, layaknya seperti seorang artis diera 90-an. Dijemarinya melingkar sebuah cincin permata sebagai tanda bahwa ia telah menjadi milik orang lain tetapi belum sah dimata hukum dan agama alias tunangan, gelang mawar dan jam tangan pink dikedua pergelangan tangannya. Rambutnya terurai denga panjang kira-kira sebahu dan warnanya hitam pekat. Ada aroma khas yang sering meruak lubang hidung ketika berada tepat didekatnya yaitu aroma khas shampo yang sering ia gunakan, lidah buaya. Dikedua telinganya tergantung permata putih mungil yang berkilau, bahkan dari kejauhan kilaunya itu dapat mensilaukan mata ketika memandanginya. Aroma mawar putih dan mawar merah juga melekat ditubuhnya. Semua itulah yang menambah keelokan si gadis tersebut.
            Bagi orang yang mengenalnya, sudah menjadi hal biasa dengan tampilan seperti itu. Bahkan itulah yang menjadi salah satu alasan iya dipersunting oleh seorang pangeran dari kerajaan dunia. Tapi tidak pada hari itu, entah mengapa hal-hal yang ia benci kini telah berubah menjadi kesukaannya. Dia benci hal-hal yang berbau bersih-bersih apalagi berbicara tentang kamarnya. Orang yang melihat isi kamarnya pasti akan mengira bahwa telah terjadi gempa. Kamarnya hancur bak kapal pecah. Orang memang akan bertanya-tanya, dia bukanlah dia. Memang membingungkan tetapi itulah dia. Dalam hal fashion, ia tak terkalahkan akan tetapi dalam hal dekorasi kamar ataupun tentang kebersihan kamar, ia selalu menjadi yang terbelakang.
            Tiba-tiba , ia bergeser dari kerjaannya . Lalu berdiri , ia baru tersadar bahwa ia berada dalam sebuah tempat setelah seharian mengerjakan penelitian amburadulnya . Dia sempat menjadi orang pimplang atau mungkin amnesia sementara , atau mungkin juga menjadi orang gila . Entahlah , hanya diri , hati , dan perasaannyalah yang tahu bagaimana keadaannya saat itu . Dia sempat berpikir dirinya , raganya , jiwanya , berada di perpustakaan(178) , kemudian berpikir lagi bahwa dia sedang di parkiran(296) , berubah lagi bahwa dia di secret(179) , berubah lagi bahwa dia lapangan(184) , tapi bukan pikirannya berubah lagi bahwa dia sedang di kantor(180) , bukan lagi tapi di ruang PMR(181) , tapi bukan . Hmmmm,,,, kali ini pasti tebakannya benar . Setelah dilakukan pengamatan dengan menggunakan metode interview , pertanyaan dengan pola 5W + 1H , ternyata ia berada di kelas(174) kotor impiannya . Dia baru tersadar saat ia memerhatikan sekelilingnya . Ada meja(13) dan istrinya ibu kursi(14) , papan tulis(8) dengan istri dan anaknya spidol(176) dan penghapus(10) , dinding(82) yang dihiasi dengan paku(12) , terminal(5) , mading(7) dengan paku tindis(11) disudut-sudutnya , sertifikat(9) , jam dinding(19) , spanduk(48) , kalender(50) , kabel(52) , bingkai foto(54) , piagam(61) , roster(75) , lukisan(108) gunung merapi , saklar(141) , kilometer(142) , bohlam(154) , gabus(172) , bel(196) , dan poster(198) . Jendela(63) dengan kaca(62) dan horden(25)nya yang bewarna hijau , palpon(60) , seng(36) , dan atap(94) , yang selalu setia bertahan demi melindungi benda hidup dan benda mati , pintu(95) dengan ensel-ensel(230) tua dan gembok(103) rusaknya , kaligrafi(262) yang tergantung dengan bantuan tali(159) dan diatas perpaduan pasir(182) , semen(183) , batu merah(3) , batu bata(37) , kerikil(38) , air(128), besi(153) , dan kayu(160) , ditutupi dengan warna indah dari cat(204) dan coretan-coretan kecil dari kuas(206) yang menghasilkan warna yang sempurna , taplak meja(287) hijau yang menjadi busana trendi masa itu , tegel(67) yang pecah-pecah akibat injakan benda hidup yang tak pandang bulu , sapu(6) , skop sampah(33) , tempat sampah(81) , plastik(90) , puntun-puntun rokok(99) isapan sipenggila keharaman diatas asbak(100) , tinta pulpen(117) yang tak bernyawa lagi , jurnal(143) , kaset(205) bekas , kapas(257) , botol(279) bekas , kawat(300) , ranting(299) , daun(298) , karet(286) , piala(269) yang tak dihargai lagi dan patung(288) hancur yang berserakan dimana-mana , tumpukan perkakas seperti : palu(241) , gergaji(242) , pahat(243) , ketan(245) , sound system(276) , katrol(260) , meteran(280) , cangkul(282) , pipa(283) dan moleng(281) yang dipenuhi dengan debu(186) membuat mata kesakitan , meringis-ringis melihat pemandangan yangtak enak itu .
            Selang beberapa menit kemudian , dia berjalan keluar sambil memegangi jerawat(256) kecil yang ditutupi dengan handiplas(2580 bergambar diwajahnya . Saat langkah 15 kali , 16 kali , 17 kali , 18 kali ,19 kali , 20 kali , dia terhenti . Wajahnya berubah saat dia mencium bau tak sedap dari selokan(130) samping kelasnya . Tiba-tiba secercak air membasahi pipi(47)nya yang sudah diolesi pewarna buatan . Dia pun berlari mencari tempat berteduh . Sesampai ditempat tersebut  dia memandangi langit(124) yang terbentang luas diangkasa dengan tempelan-tempelan kecil bewarna putih yaitu awan(125) dan matahari(126) yang hampir redup dikarenakan cuaca hari itu  . Dan pandangan terakhirnya waktu itu adalah gunung(127) kecil yang terbentang di depannya yang pernah menjadi tempat impian terindah bersama sahabat-sahabatnya sewaktu kecil dulu . Lagi-lagi pikirannya tertuju pada kenangan pahit yang mengubahnya menjadi orang aneh . Dengan cepat ia mengarahkan pandangannya kearah yang lebih luas . Dilihatnya siswa berlarian meninggalkan aktivitasnya saat itu karena takut baju putih abu-abunya , baju olahraganya akan kebasahan . Sepertinya ada kilat yang tiba-tiba menyambar otaknya sampai koslet sehingga dia mengeluarkan pertanyaan bodoh yang belum pernah ada sebelumnya . Mengapa ???????????????? mengapa bendera merah putih(4) , net volly(43) , tiang volly(44) , bola volly(45) , bola takraw(46) , bambu(53) , tiang takraw(55) , net takraw(56) , tower(57) , parabola(64) , tanah(68) , pagar bambu(97) , tangga(111) , tiang bendera(135) , ban motor(144) bekas , gerobak(199) , drum(207) , jalanan(222) , antena(232) , trotoar(264) , pos satpam(265) , jemuran(270) , kaca spion(278) , dan kubah(297) tidak ikut berlari seperti mereka mencari tempat berteduh dan mengapa pula ayam(26) , anjing(27) , burung(51) , dan kambing((1850 harus ikut berteduh ??????????? . Tapi pertanyaan bodoh itu langsung lenyap dikarenakan jawaban pasti bahwa “ hanya tuhan yang tahu itu “ . Setelah hujan redah ia meninggalkan tempat itu sambil memerhatikan rumput-rumput(39) yang basah . Dia berjalan melewati laboratarium(96) , ketika sosoknya hampir tak terlihat lagi tiba-tiba langkahnya terhenti di persimpangan penasarannya . Pandangan beralih kesosok yang sepertinya ia kenal , sosok itu sedang asyik membuat penemuan baru dari campuran larutan obat nyamuk(249) , korek api(248) , dan sunlight(190) didalam gelas kimia(197) . Entah larutan apa yang akan ia ciptakan . Mungkin larutan untuk membunuh si cewek aneh itu , ataukah larutan penghilang ingatan , atau entahlah . Karena dirinya sudah lelah melototi si ilmuan bajakan ia pun segera menghilang . Dia berlari-lari kecil sambil tertawa . Hari itu dia sangat aneh kadang tersenyum , cemberut , menangis , seperti orang gila . Kakinya terhenti tepat didepan wc(173) . Dilihatnya ember(208) yang kumuh , baskom(209) dan gayung(210) yang tak layak pakai , bak mandi(261) yang dipenuhi tumbuhan lumut , dan klosek(193) yang bewarna kuning kecokelat-cokelatan . Wajahnya tampak sangat lucu , sangat jelas bahwa saat itu dia ingin muntah . Jadi sebelum isi perutnya keluar semua , ia pun segera meninggalkan tempat yang menyeramkan itu dibanding rumah hantu . Dia beralih ke pondok peristrahatan guru-guru . Tempat itu dipenuhi microphone(116) , micron(118) , LCD(138) , telivisi(119) , kulkas(120) , dan sofa(121) . Penciumannya yang tajam mengalihkan pandangannya kesebuah pertunjukan tragis . Pertunjukan antara siwajang(133) dan spatula(134) diatas kompor(140) , pisau(187) yang sangat sadis tampa pandang sakit atau tidaknya mencincang-cincang sibawang putih(169) , bawang merah(168) dan sicabai(167) . Tapi pertunjukan itu malah membuatnya sangat gembira . pak satpam tiba-tiba muncul dihadapannya dengan bulu kumis(162) khasnya dan kopiah(91) hitam . Dia hanya tersenyum kepada pak satpam seakan-akan semuanya akan lenyap . Pak satpam hanya ternganga heran dan dalam hati kecil pak satpam berkata “ ada apa dengan anak itu “ . Saat pak satpam ingin bertanya padanya ternyata dia telah menghilang . Kini langkah berikutnya , entah langkah kesekian kali dan mungkin juga itu adalah langkah terakhirnya yang tertuju pada masjid(59) sekolah . Dengan penuh keyakinan , dia melangkahkan jejak pertamanya di masjid yang didahului dengan kaki kanannya . Dengan cepat , ia meraih Al-qur’an(156) lalu melangtungkan ayat-ayat yang terdapat didalamnya . Setelah terucap kata “ Shodaqallaahul ‘adzim “ , ia pun meletakkan Al-qur’an ketempat yang suci . Tak lama kemudian , terdengar hempasan nafas yang begitu lega dari sosoknnya . Ternyata itu adalah nafas terakhir yang membawanya kesebuah tempat yang lebih indah . Kini dia telah menjadi orang yang bahagia seutuhnya , tanpa beban pikiran dan rasa penuh penyesalan .

THE END
NAMA              ; RAFICHO RATNA DILLA
NIS                 ; 113193
KELAS              ; XI IPA 3



               

No comments:

Post a Comment