MAKALAH
Kepemimpinan
Pendidikan Dalam Pembelajaran Yang Efektif Dan Efisien Di Sekolah Dasar
Mata
Kuliah : Administrasi dan Supervisi
Pendidikan
Dosen : Drs. H. Muhammad Basri,
M.Si.
Oleh
RAFICHO RATNA DILLA
10540945914
KELAS 6 L
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Juni, 2017
A. PENDAHULUAN
1.
Pengertian
Administrasi Pada Umumnya dan Administrasi Pendidikan
Administrasi
secara umum adalah suatu proses/kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan suatu kegiatan dalam mencapai
suatu tujuan.
Sedangkan administrasi pendidikan menurut Drs.M.Ngalim Purwanto
ialah segenap proses pengarahan dan penintegrasian segala sesuatu baik
personal, spiritual, dan material yang bersangkut paut dengan tercapainya
tujuan pendidikan.
Dan menurut Depdiknas RI, Administrasi
pendidikan adalah suatu proses kseleruhan kegiatan bersama dalam dalam bidang
pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoorcdinasiaan,
pengawasan, pembiyaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan
fasilitas yang tersdia, baik personal, material maupun spiritual untuk mencapai
tujuan pendidikan secara efesien dan efektif.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
administrasi pendidikan adalah suatu proses/kegiatan manajemen yang meliputi
perencanaan (Planning), tindakan (Action), dan pengawasan (Controlling) suatu tindakan dalam
mencapai tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2.
Jenis-Jenis
atau Macam-Macam Kepemimpinan
Dalam
melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas
kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah, akan terlihat gaya kepemimpinan
dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam
mengklasifikasi tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar,
yaitu:
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan
tugas
Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan
kerja sama
Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang
dicapai
Berdasarkan
ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud pada
kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu:
a. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang.
Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukannya dan tugas anak buah
semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak
pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan
dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang sebelah mata, sehingga
dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.
b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
otoriter. Pemimpin berkendudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan
memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan
dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara
perorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai
penasihat.
c. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Tipe
kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam
setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang
dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan berbagai
aspeknya seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran,
pendapat, kreatifitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan
secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha memanfaatkan setiap orang yang
dipimpin. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambilan keputusan sangat
mementingkan musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan didalam
unit masing-masing.
Ketiga tipe
kepemimpinan di atas dalam praktiknya saling isi mengisi atau saling menunjang
secara variasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga menghasilkan
kepemimpinan yang efektif (Veithzal Rivai: 2006).
Tipe kepemimpinan
berdasarkan kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai
berikut (Kartini Kartono: 2008):
a. Tipe Karismatis
Tipe kepemimpinan ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik, dan
pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai
pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebabnya mengapa seseorang itu
memiliki karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan
yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak
memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh pada pendirian sendiri.
Totalitas kepribadian pemimpin memancarkan pengaruh dan daya-tarik yang
amat besar. Tokoh-tokoh besar antara lain: Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John F
Kennedy, Soekarno, dll.
b. Tipe Paternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat- sifat
antara lain:
Ø Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum
dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan
Ø Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)
Ø Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri
Ø Dia hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk berinisiatif
Ø Dia tidak memberikan kesempatan atau hampir-hampir tidak pernah
memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahannya untuk mengembangkan
imajinasi dan daya kreatifitas mereka sendiri
Ø Selalu bersikap maha tahu dan maha benar
Selanjutnya tipe kepemimpinan yang maternalistis juga mirip
dengan tipe yang paternalistis, hanya perbedaanya: adanya sikap over-protective atau terlalu melindungi
yang lebih menonjol, disertai kasih sayang yang berlebih-lebihan.
c. Tipe Militeristis
Tipe ini sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luar saja
yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip
sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Hendaknya dipahami, bahwa tipe
kepemimpinan militeristis itu berbeda sekali dengan kepemimpinan organisasi
militer. Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis:
Ø Sering banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap
bawahannya keras sangat otoriter kaku dan seringkali kurang bijaksana
Ø Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
Ø Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebih-lebihan
Ø Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya
Ø Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan
dari bawahannya
Ø Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
d. Tipe Otokratis
Kepemimpinan otokratis itu mendasari diri pada kekuasaan dan
paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai
pemain tunggal pada a one man show.
Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya.
Pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya jadi ada sikap
menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin otokritas itu senantiasa ingin
berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan.
e. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini sang pemimpin praktis tidak memimpin
dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin
tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua perkerjaan
dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin
simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis, sebab duduknya sebagai
direktur atau pemimpin ketua dewan, komandan, kepala biasanya diperoleh melalui
penyogokan, suapan, atau berkat sistem nepotisme. Dia tidak mempunyai kewibawaan
dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif.
Sehingga organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya menjadi kacau balau,
morat-marit, dan pada hakikatnya mirip satu firma tanpa kepala. Pemimpin
laissez faire itu pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian
yang sebenarnya. Sebab bawahannya dalam situasi kerjanya sedemikian itu sama
sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin, masing-masing orang
bekerja semau sendiri.
f. Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World mendefinisikan kepemimpinan
populistis yang dapat membangunkan solidaritas rakyat misalnya Soekarno dengan
ideologi marhaenisme, yang menekankan masalah kesatuan nasional, nasionalisme,
dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penghisapan
serta penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing. Kepemimpinan populistis ini
berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing).
Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme.
g. Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan
tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari
teknorat dan administratur-administratur yang mampu mengerakkan dinamika modernisasi
dan pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun sistem administrasi dan birokrasi
yang efisien untuk memerintah yaitu untuk memantapkan integritas bangsa
pada khususnya dan usaha pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan
administratif ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
industri, manajemen modern, dan perkembanngan sosial ditengah masyarakat.
h. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau
mendengarkan nasehat, dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para
spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan
demokratis juga sering disebut kepemimpinan group
developer. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap,
dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut:
Ø Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar,
sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor
Ø Otoritas sepenuhnya didelegasikan kebawah, dan masing-masing
orang menyadari tugas serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang, puas
hati, dan aman menyandang tugas kewajibannya
Ø Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya. Kelancaran
kerja sama dari setiap warga kelompok
Ø Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalisator
untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama, demi percapaian tujuan organisasi
dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasi
Kepemimpinan demokratis
menitikberatkan masalah aktivitas setiap anggota kelompok juga para pemimpin
lainnya, yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana,
pembuatan keputusan, penerapan disiplin kerja, dan etik kerja.
3.
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepemimpinan
Seperti yang telah kita ketahui kepemimpinan
adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerja sama dibawah
pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu. Namun ada
beberapa faktor-faktor penting yang memengaruhi kepemimpinan tersebut,
diantaranya adalah:
a. Faktor Kemampuan
Personal
Pengertian kemampuan
personal adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia
sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir
dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan
perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak ia hanya akan menjadi pemimpin
yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi
kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan
menjadi pemimpin dengan kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara
potensi bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak
terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang pemimpin.
b. Faktor Jabatan
Pengertian jabatan
adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat dihindari
terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi.
Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai
jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. Sama-sama mempunyai
jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunyai pengarauh yang
berbeda.
c. Faktor Situasi dan
Kondisi
Pengertian situasi
adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi tidak
menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang
karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota
organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin
transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan organisasi adalah religius
maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan spritual adalah
hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia juga memilah dan
memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau tidak.
B.
PEMBELAJARAN YANG
EFEKTIF DAN EFISIEN
1.
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat dalam perubahan yang terjadi, tetapi tidak pembelajaran itu sendiri.
Konsep tersebut adalah teoritis dan dengan demikian tidak secara langsung dapat
diamati.
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar
informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran adalah bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di
sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang
mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda.
Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif),
serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,
yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
2.
Pengertian Efektif dan Efisien
Efektif mengandung pengertian sebagai
pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan yang tepat dari serangkaian
alternatif, membuat keputusan yang tepat dan sukses dalam
mengimplementasikannya, melakukan hal yang tepat, dengan tepat, di waktu yang
tepat.
Efisien mengandung pengertian sebagai
penggunaan sumber daya minimal untuk menghasilkan output dengan volume yang
diharapkan (hasil yang optimum), menggunakan sumber daya secara bijak dan
hemat, pengoperasian dengan sesuai sehingga tidak ada sumber daya yang
terbuang.
Kata
efektif dan efisien sangat sering kita katakan terutama
disetiap kegiatan, keduanya mempunyai perbedaan yang kadang salah
pengertian. Pengertian dan perbedaan kata efektif dan efisen yang
mudah dipahami tapi kadang malah jadi rancu dalam pemahamannnya. Ketika
membahas suatu perencanaan dan sebuah tujuan dan program kerja kata efektif dan
efisien pasti digunakan. Memang kedua kata tersebut tepat untuk konteks yang
berorientasi tujuan atau hasil. Nah adapun perbedaan diantara keduanya
adalah efektif artinya tepat guna dan efisien berarti tepat waktu.
3.
Faktor Positif Dan Negatif Yang
Memengaruhi Pembelajaran Efektif Dan Efisien
Saat proses
belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah salah satu bunyi dari prinsip
pembelajaran. Untuk
dapat mengetahui dan mengatasi hambatan-hambatan maka kita harus berfikir mengenai faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi suatu proses belajar dan pembelajaran. Setelah
mengetahui berbagai prinsip pembelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh
mengenai faktor-faktor yang
dapat berpengaruh pada saat proses belajar.
Diprinsip-prinsip pembelajaran kita
mengetahui bahwa belajar membutuhkan proses, interaksi, motivasi, lingkungan,
dll. Kali ini kita akan bahas dalam konteks faktor-faktor yang dapat berpengaruh
saat proses belajar dan pembelajaran. Faktor-faktor yang akan kita bicarakan disini adalah faktor
positif dan negatif itu sendiri yang dapat berpengaruh. Adapun faktor positif
dan negatif ini dapat dilihat dari dua faktor di bawah ini yaitu:
a. Faktor
Internal
Faktor internal adalah
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi baik
secara positif maupun negatif terhadap hasil belajar individu. Faktor internal
ini meliputi:
Ø Faktor
fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama,
keadaan tonus jasmani. Faktor ini dapat berpengaruh positif pada pembelajaran jikalau kondisi fisik sehat dan bugar.
Dan sebaliknya dapat berpengaruh negatif
jika fisik lemah dan sakit. Kedua,
keadaaan fungsi jasmani. Fungsi jasmani yang dimaksudkan adalah panca indra
manusia terutama indra penglihatan dan pendegaran. Panca indra merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Panca
indra yang berfungsi dengan baik merupakan faktor positif yang memengaruhi pembelajaran. Sedangkan dapat menjadi
faktor negatif ketika fungsi panca
indra tidak berjalan dengan baik.
Ø Faktor
psikologis, adalah faktor yang berkaitan dengan kecerdasaan, motivasi, minat,
sikap, dan bakat. Pertama, kecerdasan adalah kualitas otak yang merupakan organ
pengendali paling tinggi. Kecerdasan biasa juga disebut intelegensi. Semakin
tinggi intelegensi seorang individu semakin besar peluang individu tersebut
meraih sukses dalam belajar (faktor
positif). Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu maka
semakin semakin sulit mencapai kesuksesan pembelajaran (faktor negatif). Kedua,
motivasi, adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan
belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan
belajar. Dorongan ingin tahu, adanya sifat positif dan kreatif, adanya
keinginan untuk mencapai prestasi, pujian, dan dorongan dari orang tua
merupakan faktor positif. Sebalikya
akan menjadi faktor negatif ketika
tidak ada motivasi dalam diri dan kurangnya respon dari lingkungan. Ketiga, minat adalah kecendrungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang
memiliki minat untuk belajar merupakan faktor positif, akan tetapi ketika minat itu tidak ada maka bisa menjadi
faktor negatif. Keempat, adalah sikap. Sikap yang baik merupakan faktor positif yang dapat memengaruhi
pembelajaran seperti perasaan senang dan ketika muncul perasaan tidak senang
maka itu akan menjadi faktor negatif.
Dan kelima, adalah bakat. Faktor positif yang dimaksudkan di sini adalah
ketika mampu menempatkan siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki sehingga itu
akan mengefektifkan pembelajaran. Dan jika yang terjadi adalah sebaliknya maka
itu merupakan faktor negatif.
b. Faktor
Eksternal
Faktor eksternal adalah
faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu dan dapat memengaruhi baik
secara positif maupun negatif terhadap hasil belajar individu. Faktor eksternal
ini meliputi:
Ø Lingkungan
sosial, meliputi tiga aspek. Pertama,
lingkungan sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua,
demografi keluarga, pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak
terhadap pembelajaran. Hubungan yang harmonis antar sesama anggota keluarga
merupakan faktor positif yang memengaruhi
pembelajaran. Sedangkan ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik dalam
sebuah keluarga, terjadinya masalah seperti broken
home, maka semua itu bisa menjadi faktor negatif. Kedua, lingkungan
sosial masyarakat yakni kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran,
dan anak terlantar akan menjadi faktor negatif bagi kelangsungan pembelajaran.
Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang baik akan menjadi faktor positif. Ketiga, lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi
sekolah, dan teman-teman sekelas. Hubungan harmonis antara ketiganya merupakan
faktor positif dan jika yang terjadi
adalah sebaliknya maka itu merupakan faktor negatif.
Ø Lingkungan
non sosial, yang termasuk di sini adalah lingkungan alamiah, faktor
instrumental, dan faktor materi pelajaran. Pertama,
lingkungan alamiah yaitu udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin,
sinar yang tidak terlalu terang atau gelap, suasana yang sejuk dan tenang
merupakan faktor positif yang
memengaruhi pembelajaran. Dan ketika suasana ribut, cuaca panas, dan sebagainya
maka itu merupakan faktor negatif
yang memengaruhi pembelajaran. Kedua,
faktor instrumental. Keberadaan sarana dan prasarana, kurikulum, buku panduan,
dll yang baik merupakan faktor positif dan ketika alat-alat instrumental di
atas tidak lengkap pada sebuah sekolah maka itu merupakan faktor negatif. Dan ketiga, adalah faktor materi pelajaran.
Seharusnya materi pelajaran yang diberikan kepada siswa harus memperhatikan
usia siswa.
C. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Guru
adalah figure manusia sebagai seseorang pemimpin dan memegang peranan penting
dalam pendidikan. Kepemimpinan guru dalam pendidikan harus tegas dan baik. Guru
adalah pemimpin bagi anak didiknya. Oleh karena itu, harus terbangun
kepemimpinan yang tegas dan baik dari guru untuk anak didiknya, anak didik
terhadap dirinya sendiri untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.
Saran
Menyadari bahwa
makalah saya masih jauh dari kata sempurna, selanjutnya saya akan lebih fokus
dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
No comments:
Post a Comment