Tuesday, June 16, 2020

Kepemimpinan Pendidikan dalam Pembelajaran yang Efektif dan Efisien di Sekolah Dasar


MAKALAH
Kepemimpinan Pendidikan Dalam Pembelajaran Yang Efektif Dan Efisien Di Sekolah Dasar

Mata Kuliah        : Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Dosen                  : Drs. H. Muhammad Basri, M.Si.


Oleh
RAFICHO RATNA DILLA
10540945914
KELAS 6 L

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Juni, 2017
A.  PENDAHULUAN
1.    Pengertian Administrasi Pada Umumnya dan Administrasi Pendidikan
            Administrasi secara umum adalah suatu proses/kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan suatu kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.
            Sedangkan administrasi pendidikan menurut Drs.M.Ngalim Purwanto ialah segenap proses pengarahan dan penintegrasian segala sesuatu baik personal, spiritual, dan material yang bersangkut paut dengan tercapainya tujuan pendidikan.
            Dan menurut Depdiknas RI, Administrasi pendidikan adalah suatu proses kseleruhan kegiatan bersama dalam dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoorcdinasiaan, pengawasan, pembiyaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersdia, baik personal, material maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efesien dan efektif.
            Sehingga dapat disimpulkan bahwa administrasi pendidikan adalah suatu proses/kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan (Planning), tindakan (Action), dan pengawasan (Controlling) suatu tindakan dalam mencapai tujuan pendidikan yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan mejadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.    Jenis-Jenis atau Macam-Macam Kepemimpinan
            Dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, maka akan berlangsung aktivitas kepemimpinan. Apabila aktivitas tersebut dipilah-pilah, akan terlihat gaya kepemimpinan dengan polanya masing-masing. Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasi tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola dasar, yaitu:
*   Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas
*   Gaya kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan  hubungan kerja sama
*   Gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang dicapai
            Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok kepemimpinan, yaitu:
a.    Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan ditangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukannya dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang sebelah mata, sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.
b.    Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkendudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c.    Tipe Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting dalam setiap kelompok/organisasi. Pemimpin memandang dan menempatkan orang-orang yang dipimpinnya sebagai subjek yang memiliki kepribadian dengan  berbagai aspeknya seperti dirinya juga. Kemauan, kehendak, kemampuan, buah pikiran, pendapat, kreatifitas, inisiatif yang berbeda-beda dan dihargai disalurkan secara wajar. Tipe pemimpin ini selalu berusaha memanfaatkan setiap orang yang dipimpin. Kepemimpinan tipe ini dalam mengambilan  keputusan  sangat mementingkan  musyawarah, yang diwujudkan pada setiap jenjang dan didalam unit masing-masing.
            Ketiga tipe kepemimpinan di atas dalam praktiknya saling isi mengisi atau saling menunjang secara variasi, yang disesuaikan dengan situasinya sehingga menghasilkan kepemimpinan yang efektif (Veithzal Rivai: 2006).
            Tipe kepemimpinan berdasarkan kelompok sarjana lain yang membagi tipe kepemimpinan sebagai berikut (Kartini Kartono: 2008):
a.    Tipe Karismatis
Tipe kepemimpinan ini memiliki kekuatan energi, daya-tarik, dan pembawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai sekarang pun orang tidak mengetahui benar sebabnya mengapa seseorang itu memiliki karisma begitu besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Dia banyak memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepribadian  pemimpin memancarkan pengaruh dan daya-tarik yang amat besar. Tokoh-tokoh besar antara lain: Jengis Khan, Hitler, Gandhi, John F Kennedy, Soekarno, dll.
b.    Tipe Paternalistis
Yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan, dengan sifat- sifat antara lain:
Ø  Dia menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan
Ø  Dia bersikap terlalu melindungi (overly protective)
Ø  Jarang dia memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
Ø  Dia hampir tidak pernah  memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
Ø  Dia tidak memberikan kesempatan atau hampir-hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut dan bawahannya untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreatifitas mereka sendiri
Ø  Selalu bersikap maha tahu dan maha benar
Selanjutnya tipe kepemimpinan yang maternalistis juga mirip dengan tipe yang  paternalistis, hanya perbedaanya: adanya sikap over-protective atau terlalu melindungi yang lebih menonjol, disertai kasih sayang yang berlebih-lebihan.
c.    Tipe Militeristis
Tipe ini sifatnya sok kemiliter-militeran. Hanya gaya luar saja yang mencontoh gaya militer. Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter. Hendaknya dipahami, bahwa tipe kepemimpinan militeristis itu berbeda sekali dengan kepemimpinan organisasi militer. Adapun sifat-sifat pemimpin yang militeristis:
Ø Sering banyak menggunakan sistem perintah/komando terhadap bawahannya keras sangat otoriter kaku dan seringkali kurang bijaksana
Ø Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
Ø  Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebih-lebihan
Ø  Menuntut adanya disiplin keras dan kaku dari bawahannya
Ø  Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya
Ø  Komunikasi hanya berlangsung searah saja.
d.   Tipe Otokratis
Kepemimpinan otokratis itu mendasari diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak yang harus dipatuhi. Pemimpinnya selalu mau berperan sebagai pemain tunggal pada a one man show. Setiap perintah dan kebijakan ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya. Pemimpin selalu berdiri jauh dari anggota kelompoknya jadi ada sikap menyisihkan diri dan eksklusivisme. Pemimpin otokritas itu senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal, dan merajai keadaan.
e.    Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini sang pemimpin praktis tidak memimpin dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya. Semua perkerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahan sendiri. Dia merupakan pemimpin simbol dan biasanya tidak memiliki keterampilan teknis, sebab duduknya sebagai direktur atau pemimpin ketua dewan, komandan, kepala biasanya diperoleh melalui penyogokan, suapan, atau berkat sistem nepotisme. Dia tidak mempunyai kewibawaan dan tidak bisa mengontrol anak buahnya. Tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, dan tidak berdaya sama sekali menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Sehingga organisasi atau perusahaan yang dipimpinnya menjadi kacau balau, morat-marit, dan pada hakikatnya mirip satu firma tanpa kepala. Pemimpin laissez faire itu pada hakikatnya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Sebab bawahannya dalam situasi kerjanya sedemikian itu sama sekali tidak terpimpin, tidak terkontrol, tanpa disiplin, masing-masing orang bekerja semau sendiri.
f.     Tipe Populistis
Profesor Peter Worsley dalam bukunya The Third World mendefinisikan kepemimpinan populistis yang dapat membangunkan solidaritas rakyat misalnya Soekarno dengan ideologi marhaenisme, yang menekankan masalah kesatuan nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan penindasan-penghisapan serta penguasaan oleh kekuatan-kekuatan asing. Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing). Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan (kembali) nasionalisme.
g.    Tipe Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknorat dan administratur-administratur yang mampu mengerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan demikian dapat dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien untuk memerintah yaitu untuk memantapkan  integritas bangsa pada khususnya dan  usaha pembangunan pada umumnya. Dengan kepemimpinan administratif ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, industri, manajemen modern, dan perkembanngan sosial ditengah masyarakat.
h.    Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat, dan sugesti bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat. Kepemimpinan demokratis juga sering disebut kepemimpinan group developer. Kepemimpinan demokratis biasanya berlangsung secara mantap, dengan adanya gejala-gejala sebagai berikut:
Ø Organisasi dengan segenap bagian-bagiannya berjalan lancar, sekalipun pemimpin tersebut tidak ada dikantor
Ø Otoritas sepenuhnya didelegasikan kebawah, dan masing-masing orang menyadari tugas serta kewajibannya sehingga mereka merasa senang, puas hati, dan aman menyandang tugas kewajibannya
Ø Diutamakan tujuan-tujuan kesejahteraan pada umumnya. Kelancaran kerja sama dari setiap warga kelompok
Ø Dengan begitu pemimpin demokratis berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat dinamisme dan kerja sama, demi percapaian tujuan organisasi dengan cara yang paling cocok dengan jiwa kelompok dan situasi
Kepemimpinan demokratis menitikberatkan masalah aktivitas setiap anggota kelompok juga para pemimpin lainnya, yang semuanya terlibat aktif dalam penentuan sikap, pembuatan rencana, pembuatan keputusan, penerapan disiplin kerja, dan etik kerja.

3.    Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kepemimpinan
            Seperti yang telah kita ketahui kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerja sama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu. Namun ada beberapa faktor-faktor penting yang memengaruhi kepemimpinan tersebut, diantaranya adalah:
a.    Faktor Kemampuan Personal
Pengertian kemampuan personal adalah kombinasi antara potensi sejak pemimpin dilahirkan ke dunia sebagai manusia dan faktor pendidikan yang ia dapatkan. Jika seseorang lahir dengan kemampuan dasar kepemimpinan, ia akan lebih hebat jika mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkungan, jika tidak ia hanya akan menjadi pemimpin yang biasa dan standar. Sebaliknya jika manusia lahir tidak dengan potensi kepemimpinan namun mendapatkan perlakuan edukatif dari lingkunganya akan menjadi pemimpin dengan kemampuan yang standar pula. Dengan demikian antara potensi bawaan dan perlakuan edukatif lingkungan adalah dua hal tidak terpisahkan yang sangat menentukan hebatnya seorang pemimpin.
b.    Faktor Jabatan
Pengertian jabatan adalah struktur kekuasaan yang pemimpin duduki. Jabatan tidak dapat dihindari terlebih dalam kehidupan modern saat ini, semuanya seakan terstrukturifikasi. Dua orang mempunyai kemampuan kepemimpinan yang sama tetapi satu mempunyai jabatan dan yang lain tidak maka akan kalah pengaruh. Sama-sama mempunyai jabatan tetapi tingkatannya tidak sama maka akan mempunyai pengarauh yang berbeda.
c.    Faktor Situasi dan Kondisi
Pengertian situasi adalah kondisi yang melingkupi perilaku kepemimpinan. Disaat situasi tidak menentu dan kacau akan lebih efektif jika hadir seorang pemimpin yang karismatik. Jika kebutuhan organisasi adalah sulit untuk maju karena anggota organisasi yang tidak berkepribadian progresif maka perlu pemimpin transformasional. Jika identitas yang akan dicitrakan organisasi adalah religius maka kehadiran pemimpin yang mempunyai kemampuan kepemimpinan spritual adalah hal yang sangat signifikan. Begitulah situasi berbicara, ia juga memilah dan memilih kemampuan para pemimpin, apakah ia hadir disaat yang tepat atau tidak.

B.   PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN
1.    Pengertian Pembelajaran
            Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Definisi sebelumnya menyatakan bahwa seorang manusia dapat melihat dalam perubahan yang terjadi, tetapi tidak pembelajaran itu sendiri. Konsep tersebut adalah teoritis dan dengan demikian tidak secara langsung dapat diamati.
            Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Menurut Wikipedia, pengertian pembelajaran adalah bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
            Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.


2.    Pengertian Efektif dan Efisien
            Efektif mengandung pengertian sebagai pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif, membuat keputusan yang tepat dan sukses dalam mengimplementasikannya, melakukan hal yang tepat, dengan tepat, di waktu yang tepat.
            Efisien mengandung pengertian sebagai penggunaan sumber daya minimal untuk menghasilkan output dengan volume yang diharapkan (hasil yang optimum), menggunakan sumber daya secara bijak dan hemat, pengoperasian dengan sesuai sehingga tidak ada sumber daya yang terbuang.
            Kata efektif dan efisien sangat sering kita katakan terutama disetiap kegiatan, keduanya mempunyai perbedaan yang kadang salah pengertian. Pengertian dan perbedaan kata efektif dan efisen yang mudah dipahami tapi kadang malah jadi rancu  dalam pemahamannnya. Ketika membahas suatu perencanaan dan sebuah tujuan dan program kerja kata efektif dan efisien pasti digunakan. Memang kedua kata tersebut tepat untuk konteks yang berorientasi tujuan atau hasil. Nah adapun perbedaan diantara keduanya adalah efektif artinya tepat guna dan efisien berarti tepat waktu.
3.    Faktor Positif Dan Negatif Yang Memengaruhi Pembelajaran Efektif Dan Efisien
            Saat proses belajar dapat terjadi berbagai hambatan, itulah salah satu bunyi dari prinsip pembelajaran. Untuk dapat mengetahui dan mengatasi hambatan-hambatan maka kita harus berfikir mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi suatu proses belajar dan pembelajaran. Setelah mengetahui berbagai prinsip pembelajaran, kita dapat menganalisa lebih jauh mengenai faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada saat proses belajar.
            Diprinsip-prinsip pembelajaran kita mengetahui bahwa belajar membutuhkan proses, interaksi, motivasi, lingkungan, dll. Kali ini kita akan bahas dalam konteks faktor-faktor yang dapat berpengaruh saat proses belajar dan pembelajaran. Faktor-faktor yang akan kita bicarakan disini adalah faktor positif dan negatif itu sendiri yang dapat berpengaruh. Adapun faktor positif dan negatif ini dapat dilihat dari dua faktor di bawah ini yaitu:
a.    Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi baik secara positif maupun negatif terhadap hasil belajar individu. Faktor internal ini meliputi:
Ø Faktor fisiologis, adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Faktor ini dapat berpengaruh positif pada pembelajaran jikalau kondisi fisik sehat dan bugar. Dan sebaliknya dapat berpengaruh negatif jika fisik lemah dan sakit. Kedua, keadaaan fungsi jasmani. Fungsi jasmani yang dimaksudkan adalah panca indra manusia terutama indra penglihatan dan pendegaran. Panca indra merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Panca indra yang berfungsi dengan baik merupakan faktor positif yang memengaruhi pembelajaran. Sedangkan dapat menjadi faktor negatif ketika fungsi panca indra tidak berjalan dengan baik.
Ø Faktor psikologis, adalah faktor yang berkaitan dengan kecerdasaan, motivasi, minat, sikap, dan bakat. Pertama, kecerdasan adalah kualitas otak yang merupakan organ pengendali paling tinggi. Kecerdasan biasa juga disebut intelegensi. Semakin tinggi intelegensi seorang individu semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar (faktor positif). Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu maka semakin semakin sulit mencapai kesuksesan pembelajaran (faktor negatif). Kedua, motivasi, adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Dorongan ingin tahu, adanya sifat positif dan kreatif, adanya keinginan untuk mencapai prestasi, pujian, dan dorongan dari orang tua merupakan faktor positif. Sebalikya akan menjadi faktor negatif ketika tidak ada motivasi dalam diri dan kurangnya respon dari lingkungan. Ketiga, minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat untuk belajar merupakan faktor positif, akan tetapi ketika minat itu tidak ada maka bisa menjadi faktor negatif. Keempat, adalah sikap. Sikap yang baik merupakan faktor positif yang dapat memengaruhi pembelajaran seperti perasaan senang dan ketika muncul perasaan tidak senang maka itu akan menjadi faktor negatif. Dan kelima, adalah bakat. Faktor positif yang dimaksudkan di sini adalah ketika mampu menempatkan siswa sesuai dengan bakat yang dimiliki sehingga itu akan mengefektifkan pembelajaran. Dan jika yang terjadi adalah sebaliknya maka itu merupakan faktor negatif.
b.    Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu dan dapat memengaruhi baik secara positif maupun negatif terhadap hasil belajar individu. Faktor eksternal ini meliputi:
Ø Lingkungan sosial, meliputi tiga aspek. Pertama, lingkungan sosial keluarga. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap pembelajaran. Hubungan yang harmonis antar sesama anggota keluarga merupakan faktor positif yang memengaruhi pembelajaran. Sedangkan ketika komunikasi tidak berjalan dengan baik dalam sebuah keluarga, terjadinya masalah seperti broken home, maka semua itu bisa menjadi faktor negatif. Kedua, lingkungan sosial masyarakat yakni kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan anak terlantar akan menjadi faktor negatif bagi kelangsungan pembelajaran. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang baik akan menjadi faktor positif. Ketiga, lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi sekolah, dan teman-teman sekelas. Hubungan harmonis antara ketiganya merupakan faktor positif dan jika yang terjadi adalah sebaliknya maka itu merupakan faktor negatif.
Ø Lingkungan non sosial, yang termasuk di sini adalah lingkungan alamiah, faktor instrumental, dan faktor materi pelajaran. Pertama, lingkungan alamiah yaitu udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu terang atau gelap, suasana yang sejuk dan tenang merupakan faktor positif yang memengaruhi pembelajaran. Dan ketika suasana ribut, cuaca panas, dan sebagainya maka itu merupakan faktor negatif yang memengaruhi pembelajaran. Kedua, faktor instrumental. Keberadaan sarana dan prasarana, kurikulum, buku panduan, dll yang baik merupakan faktor positif dan ketika alat-alat instrumental di atas tidak lengkap pada sebuah sekolah maka itu merupakan faktor negatif. Dan ketiga, adalah faktor materi pelajaran. Seharusnya materi pelajaran yang diberikan kepada siswa harus memperhatikan usia siswa.

C.  PENUTUP
1.    Kesimpulan
            Guru adalah figure manusia sebagai seseorang pemimpin dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Kepemimpinan guru dalam pendidikan harus tegas dan baik. Guru adalah pemimpin bagi anak didiknya. Oleh karena itu, harus terbangun kepemimpinan yang tegas dan baik dari guru untuk anak didiknya, anak didik terhadap dirinya sendiri untuk mencapai tujuan pendidikan.
2.    Saran
            Menyadari bahwa makalah saya masih jauh dari kata sempurna, selanjutnya saya akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

No comments:

Post a Comment